Luar biasa. Lega. Plong. Indah. Seneng. Bahagia. Entah apa lagi.
Dia memberikan izin, lebih tepatnya melangkah lebih maju untuk lebih mengenalnya dengan lebih baik. Secara 'resmi' ia memberikan lampu hijau yang selama ini aku tunggu. Sebuah jawaban yang berarti dia juga memiliki rasa yang sama. Begitu singkat. Meski dihantui kegagalan-kegalan dan sakit hati dalam kisahku sebelumnya, namun jawabannya membuatku tenang. Diawali dengan sebuah percakapan.
“Sok tau dehh, emang tw.. q ge senyum tw ndak..?” sebuah pernyataan balik saat aku bilang ‘pagi-pagi jangan cemberut, senyum dong...’
“hmm... bukannya sok tau, sebenernya justeru aku pengen tau... bukannya sok kenal kamu, Ice...tapi sungguh aku bener2 pengen mengenal kamu...”
Cukup lama aku menunggu balasan darinya. Satu-dua menit. Hingga satu jam kemudian, sesaat aku menyelesaikan salat dhuha. Ia menjawab.
“Seberapa besar pean ingin mengenal aku?”
“Sebesar keinginanku untuk kuliah. Sebesar keinginanku buat berusaha untuk masa depan yang jauh lebih baik... Aku tau sulit buat kamu percaya, tapi aku jujur. Dan aku tau kamu takut, khawatir, ragu, nggak percaya.. itu hal yang wajar..” tanpa ragu aku menjawabnya dengan pasti. Tapi aku deg-degan, justeru aku yang takut, was-was, menanti jawabannya. Tapi tak ada jawaban darinya. Aku pun pasrah. Aku ikhlas dah, apapun keputusannya.
Hingga dua jam kemudian...
“Bagiku cukup pean buktiin aja dulu seberapa sabar pean menghadapi aku, seberapa lama pean bener suka sama aku. Buktikan dulu berapa lama pean bisa sabar nunggu aku... Kalau memang pean baik atau aku baik buat pean, pasti jawaban yang pean butuhkan bisa terjawab nantinya...”
Subhanallah... Perfect!!! Sebuah jawaban yang memang kudamba-dambakan terucap dari gadis yang kupilih. sebelumnya, sejak pertama kali aku mengenalnya, aku sudah meminta 'izin' pada ALLAH, dan DIA Ar-Rahim, memberikan izin yang membuatku yakin untuk memilihnya. Dan terbukti, Ice menjadi orang pertama yang menjawab sesuai yang kuharapkan. Subhanallah. Yah, seperti lagu Naff; 'akhirnya aku menemukanmu"... kau hidupkan lagi semangatku untuk berjuang demi masa depan.. karena kau adalah masa depanku... aku berdo’a pada Allah, semoga dirinya memang bagian dari masa depanku... Satukan kami Ya Allah...dengan rahmat dan ridhoMU..dalam naungan cintaMU...
“Apakah ini berarti izin dari kamu... untuk mengenal dirimu lebih baik??”
Ia tersenyum. Lalu...
“Iya, pean boleh kok mengenal aku... “....
Tepat di hari terakhir dari bulan istimewa di tahun kabisat tahun ini. Menjadi satu hari yang istimewa juga. Sebagian semangatku yang sempat memudar, kini mulai tumbuh dan berwarna lagi. Hukum cinta yang kedua, Cinta adalah Kekuatan. Yah, cinta memang mampu menghadirkan kekuatan luar biasa. Walaupun pada kenyataannya, tetap saja aku harus menunggu beberapa saat untuk memeberikan dirinya kesempatan meraih Impiannya. Mungkin 2 atau tiga tahun ke depan... yang, jelas, Aku merasakan satu dorongan positif lagi. yah...cinta memang selalu mampu menghadirkan kekuatan. Subhanallah..
Beberapa kali aku jatuh. Seperti saat kepergian almarhum ayahanda. Sebagian semangatku yang beliau hadirkan dalam setiap do’a tulusnya, hilang bersama kepergiannya. Beberapa saat aku terpuruk. Dan tak ada satupun orang yang tahu, bahwa sesungguhnya aku menangis sangat lama. Namun aku pendam agar beliau berangkat dengan tenang, agar keluarga pun tak merasa khawatir dengan penghidupan. Namun jelas aku kehilangan, sangat kehilangan.
Dan sekali lagi. Sekali lagi Allah membangkitkanku dengan caraNYA yang teramat sangat indah. Allah hadirkan dirinya, yang menyadarkanku, bahwa aku masih punya masa depan untuk diperjuangkan. Aku punya impian yang masih harus diupayakan. Aku masih punya keluarga untuk dilindungi. Dan aku masih memiliki dirinya; si Es Krim. Gadis sedingin es tapi aku tahu dia manis dan lembut hatinya. Walaupun, memang masa depan tak ada yang tahu. Aku mohon pada Ar-Rahman, bahwa ia adalah masa depanku. Bismillah, aku memilihmu Ice... Senyummu, menguatkanku...
[Aku berlindung dari manis-indahnya cinta yang menjerumuskan dalam lembah dosa. Aku memohon agar Ar-Rahman berkenan menyatukan kami dengan rahmat dan rdhoNYA dalam nanungan CintaNYA]
Word of The Day; “Aku memilih, toh Allah jua yang memberikan izin.”
Engkau Kado Terbaik dari Allah; My Ice Cream
Diposting oleh van Tovich di 07.43 1 komentar
Label: Cinta dan Cita
Lelaki Pengembara dan PakTua di Lampu Merah
“Apapun yang terjadi, teruslah menjadi orang baik, dengan niat baik dan dengan cara-cara yang baik, yakinlah Allah akan selalu ada untuk memberikan jalan terbaik agar kita jadi hambanya yang lebih baik”
Malam semakin rapat merajut gelap. Hujan semakin mesra memandikan alam. Motor dan mobil berkejaran menyibak jalan yang penuh genangan air., kemudian segera hilang dalam kejauhan. Tak bisa dipungkiri, hujan yang telah mengguyur Jogja sejak siang hari, masih setia hadir hingga malam gelap yang memuncak. Angin kencang yang menari, kilatan petir yang terus berkedip, hingga dingin yang menyayat-nyayat kulit, membuat siapa saja akan berpikir dua kali untuk setia berada di luar rumah. Lihat saja kendaraan yang berkejaran.
Tetapi seorang tidak bagi seorang pemuda dengan tas hitam dipunggungnya itu. Ia telah berada di emperan apotek di ujung perempatan Ring Road Utara, tepat dipersimpangan jalan menuju Kaliurang itu sejak sore tadi. Saat hujan turun dengan amarahnya. Bajunya telah basah. Bahkan seuruh pakaiannya sudah teramat basah. Yah, sejak turun dari Trans Jogja di Shelter Kentungan sore tadi, ia seakan telah terjebak dalam hujan. Wajahnya pucat sayu. Beberapa kali mencoba menghentikan mobil yang lewat, tapi sayang, semua tak bisa mendengarkan. Mereka melaju seakan tak pernah melihat aku.
Sebagai seorang pengembara, pemuda yang sedang kehabisan bekal itu sejatinya hanya akan berteduh sejenak, sambil menunggu hujan sedikit bersahabat dengannya. Ia menunggu hujan reda, paling tidak hanya menyisakan tetesan lembut gerimis. Sayangnya, hingga jalanan mulai sepi, ia masih saja disana. Jangankan naik angkot Jogja-Kaliurang, untuk membeli sepotong roti pengganjal perut saja ia tak punya. Perutnya semakin melilit dengan udara yang semakin dingin menusuk tubuh. Ia hanya bisa menguatkan pijakan kakiknya, mengurangi kepenatan dan kelaparannya, begitu yang ada di benaknya.
Belum hilang rasa lapar dan lelahnya, ia juga diliputi kebingungan, bagaimana ia akan pulang nanti, sementara malam semakin larut dan hujan pun tak kunjung reda. Jarak yang harus dia tempuh untuk sampai rumahnya, masih sekitar delapan kilometer lagi. Cukup dekat jika hanya ditempuh dengan kendaraan, tentu saja bukan untuknya. Dia hanya seorang pengembara yang masih setia bertumpu pada kakinya. Ia hanya seorang pejalan kaki. Apalagi dengan kondisi jalan yang menanjak. Berharap suatu saat dia akan berada di puncak tertinggi.
Kalau saja tak ada keyakinan yang begitu kuat dalam jiwa raganya, mungkin sudah sejak lama ia akan menyerah pada keadaan yang masih selalu tak memihak pada orang-orang kecil sepertinya. Yah, ia hanya punya sebuah keyakinan, keyakinan yang telah mendarah daging dalam setiap sel-sel tubuhnya, ia hanya yakin bahwa Allah ‘Azza wa Jalla, Tuhannya, selalu punya rencana yang jauh lebih baik untuk setiap hambanya. Karena itu, dalam kesepiannya, ia selalu merasa Allah selalu bersamanya. Bahkan saat ia sedang melakukan banyak kesalahan, Allah selalu membimbingnya. Aku sendiri sering mendengar ia berdo’a, hanya satu do’a yang ia panjatkan, “Allah Tuhanku, Bimbing Langkah aku dalam Keindahan-MU..”
Belum lama berselang, datang seorang lelaki tua dengan motor tuanya, berhenti tepat di depan apotek. Sejenak sebelum masuk apotek, lelaki tua itu melihat ke arah si pemuda itu, lantas tersenyum. Beberapa saat lelaki tua itu keluar, lalu menuju motor tuanya. Sebelum menstarter motornya, ia melihat lagi ke ara pemuda yang duduk tertunduk, sedang merapatkan kakinya. Lelaki tua itu lantas tersenyum dan menghampirinya.
“Nunggu siapa, Nak?”
“eh, bapak,.. ndak kok pak, ndak nunggu siapa-siapa, Cuma nunggu hujan.”
“Hujan kok ditunggu... memangnya mau kemana, Nak? Sampeyan mau ke atas nggih?”
“Iya, pak. Sebenarnya mau ke atas. Tapi masih hujan.”
Lampu merah menyala. Menghentikan beberapa mobil dan motor yang melaju.
“Memangnya di atasnya daerah mana, nak..?”
“e.. jakal Km 13, pak. Di daerah Besi.”
“Ya sudah, ayok, bareng bapak saja. Bapak mau ke rumah kontrakan menantu bapak, di Km.12. besok pagi rencananya mau pindahan. Ayo, nak..” bapak itu melangkah menuju motornya.
“wah, ngerepotin, Pak. Nggak apa-apa, biar saya nunggu hujan agak reda saja.”
“Sudah, nggak ada yang direpotin. Terus, nanti kalau hujannya berhenti, mau naik apa ke atasnya, jam segini sudah nggak ada angkutan yang ke atas kan.. Hujan juga nggak bakalan reda. Sudah ayo..” Lelaki tua itu mulai menyalakan motor tuanya.
Pemuda itu bangkit. Dengan langkah malu-malu ia menuju motor Pak tua, lalu duduk. Motor itupun melaju. Berjalan perlahan membelah jalanan yang basah an licin disapu gulungan hujan. Perlahan mengiris jalan kaliurang.
Sepanjang jalan bapak itu bercerita panjang lebar tentang banyak hal. Cerita tentang isterinya yang setia, atau anak sulungnya yang sudah enam tahun tak pulang, sejak pertama kali merantau ke Jakarta. Cerita-ceritanya dalam bahasa jawa mengalir begitu saja. Seperti aliran hujan. Tak jarang terselip petuah-petuah bijak nan ajaib. Bahkan dibumbui guyonan-guyonan segar.
Tepat di pom bensin di Jakal Km. 12, motor pak Tua yang membawa kami berdua mogok. Lihat apa yang dikatakan Pak Tua itu:
“Maap,nak, maklum motornya setua pemiliknya.”
Saat kubantu mendorngnya, si bapak malah nggak membolehin. Tapi aku tetap saja memaksa mendorongnya, sampai di rumah kontrakan anak keduanya di dusun candisari. Besok pagi mereka akan pindah ke Bantul, ke rumah pak tua. Mendorong motor tua, malam-malam, bersama seorang bapak tua yang menyenangkan, membuat pemuda itu bahagia. Ia dapat belajar banyak. Bahwa kebaikan itu, sekecil apapun, tetap bernilai. Tak peduli kau orang kaya, tak pedulu kau orang tak punya, tetap saja jadi orang baik. Wong kita punya Gusti Pengeran, kata bapak itu bijak.
Saat sang pemuda hendak pamit untuk meneruskan perjalanan, bapak tua itu memberikan sedikit tambahan bekal. Beberapa buah pisang rebus hangat. “Biar nggak masuk angin,” katanya. Dengan sebuah senyuman penuh keikhlasan. Menambah kekuatannya untuk melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang masih sangat panjang. Sebuah pesan mengiringi langkah pertamanya. “Nak Mas, Apapun yang terjadi, teruslah menjadi orang baik, dengan niat baik dan dengan cara-cara yang baik, yakinlah Gusti Allah akan selalu ada untuk memberikan jalan terbaik agar kita jadi hambanya yang lebih baik” luar biasa Pak, begitu kira-kira hatinya berteriak bahagia.
Hujan semakin merajam gulita malam. Memenjarakan setiap makhluk dalam kedinginan. Pemuda itu tetap terus berjalan menerobos hujan yang semakin mengganas. Meneguhkan kaki agar tetap memiliki tujuan. Dalam hatinya, kebaikan bapak tua dengan kesederhanaannya yang sempurna itu, akan selalu melekat adlam ingatannya. Sebuah janji yang akan ia pegang erat. “Pak, kita akan bertemu lagi.” Lalu ia menghilang ditengah hujan...
Mohammad van Tovich
Besi, Saturday, 19032011/11:07:15 PM
Diposting oleh van Tovich di 12.54 0 komentar
Label: d' Inspirations
Sebuah Harapan by Ansyada
Seuntai kata demi kata
Yang terlintas dalam hati
Ku ungkap dalam doa
menghadap pada Ilahi
Jujur hatiku berkata
Hati nurani manusia
Tak bisa hamba pungkiri
Putih cinta yang hakiki
Saat malam ku terus terjaga
Ku bersimpuh mengadahkan tangan
Ku bermohon dan ku berdo'a
Ku berlinang air mata
Datang semua resah
Ku kenang semua gundah
Ku berharap kasihmu
Semoga dirinyalah yang terbaik
Dan berilah untuknya yang terbaik
Jadikanlah dirinya salah satu
dari bidadari syruga cintamu
ho-hoho..
Saat malam ku terus terjaga
Ku bersimpuh mengadahkan tangan
Ku bermohon dan ku berdo'a
Ku berlinang air mata
Ku ungkapkan semua resah
Ku kenang semua gundah
Ku berharap kasihmu
Semoga dirinyalah yang terbaik
Dan berilah untuknya yang terbaik
Jadikanlah dirinya salah satu
dari bidadari syruga cintamu
Diposting oleh van Tovich di 16.16 0 komentar
Label: Cinta dan Cita
Kaaf-Qaaf Reality University, For Better Life : Just Thank's To Allah
I used to think that I could not go on
And life was nothing but an awful song
But now I know the meaning of true love
I'm leaning on the everlasting arms
If I can see it, then I can do it
If I just believe it, there's nothing to it
I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see my running through that open door
See I was on the verge of breaking down
Some times silence can seem so loud
There are miracles in life I must achieve
But first I know it starts inside of me.
Oh I believe I can fly
Cause I believe in me
(R. Kelly – I believe I can Fly)
Jum'at, di akhir April, Hujan turun malam ini, beriringan, teratur membasahi gelap malam yang seharusnya purnama. Bahkan bintang pun tidur dengan pulasnya. Hanya angin yang menyertai hujan, menarikan tarian kesepian mereka. Kulihat dari sisi kaca jendela bis “Mira” yang membawaku dalam perjalanan ke Lawang, kota kecil yang kucinta. Kecamatan kecil yang mampu menjadi urat nadi bagi kehidupan ribuan orang di sini. Kota yang menyimpan eksotisme tersembunyi. Kota dimana pertama kali aku belajar hidup.
Tahun ke tiga di Jogja; kota wisata, kota gudeg, kota koskosan, kota budaya dan pendidikan. Meniti jalanan masa depan yang penuh debu, kelokan, dan ribuan kerikil dan batu-batu besar. Selangkah demi selangkah. Setapak demi setapak. Banyak air mata yang mengiringi langkah kecilku. Literan keringat yang mengucuri rajutan perjalanan ini. Banyak luka yang harus dibalut dengan senyuman, entah ini kemunafikan atau ketegaran. Entahlah, tak ada kepedulian, hanya berjalan, dan akan terus berjalan.
Dulu, saat pertama kali datang, di pertengahan tahun 2007, hanya ada seorang anak ingusan, yang belum tahu banyak tentang jalan-jalan kehidupan, tak tahu arah mana yang harus disusuri, tak tahu untuk berapa lama bisa bertahan di tanah sultan ini, tak tahu bagaimana cara menjalani hari-hari, bahkan tak tahu, apakah sanggup menjalani semuanya. Hanya satu hal yang membuatku memiliki kekuatan, saat keberangkatan, kulihat tatapan mata sepasang orang tua, bapak ibu, tatapan penuh do’a restu, hanya ada keinginan untuk tahu apa yang mereka impikan. Karena itulah, kekuatan besar tertanam untuk bertahan, untuk mewujudkan impian mereka.
Hitungan hari-hari awal, hanya bisa mencoba menemukan puluhan ribu rumus kehidupan, upaya kecil untuk menemukan takdir yang Allah telah tuliskan. Mengais rezeki di tengah-tengah jadwal adaptasi di bangku kuliah. Awal-awal dimana diri berada di bawah naungan “Kubah Kuning”, meski pada akhirnya berakhir tak begitu baik, dengan cara yang paling tak kusuka, aku pergi setelah dua tahun belajr banyak di sana. Belajar semangat dalam luka, senyuman dalam kepedihan, tangisan dalam bahagia, kebohongan dalam kebaikan.
Ternyata, takdir itu tak sederhana yang dikatakan orang. Aku tahu akan hal itu, yah setelah tiga tahun di bangku kuliah dan sepanjang hidup yang telah dijalani ini. Tapi berapa usiaku? Aku bahkan tak pernah peduli dengan usiaku, yang kutahu aku telah cukup tua di dunia, dua puluh satu tahun lima bulan, sudah cukup menandakan aku masih harus banyak belajar, dua puluh satu tahun juga aku belum bisa membanggakan dan membagiakan bapak dan ibu. Ironi.
Tipe orang yang tak mudah berkata menyesal, tapi, kini untuk pertama kalinya aku ingin katakan “Aku menyesal”. Menyesal karena banyak menyia-nyiakan hidup. Menyesal karena belum mampu mewujudkan impian orang tua. Menyesal karena belum cukup mampu menjadi orang yang baik. Menyesal karena masih menjadi pribadi yang tak cukup baik bagi agama. Menyesal karena belajar agama tapi belum memahami secara kaffah, mengamalkan dengan baik, dan mengajarkannya dengan ikhlas serta menjadikannya rahmatan lil ‘alamin.
Penyesalan saja tak cukup. Penyesalan terbaik adalah perubahan. Perubahan terbaik adalah menjadi lebih baik. Menjadi pribadi yang lebih baik yang paling baik adalah yang semakin mendekatkan diri pada Allah. Pendekatan yang terbaik adalah yang didasari keikhlasan. Ya Allah tunjukkan yang baik itu baik, dan berilah kekuatan untuk melaksanakannya, dan tunjukkanlah yang buruk itu buruk, dan berilah kekuatan untuk menjauhinya.
Seringkali merasa diriku begitu lemah tak berdaya. Sering kali masih menyulitkan dan membebani orang lain. Sering kali tak terima dengan hidup yang Allah berikan. Sering kali melupakan nikmat dan hidayah Allah. Sering kali mengeluh dalam menjalani hidup. Sering kali masih bimbang dengan hidup yang kupilih. Bahkan, beberapa kali merasa hampir putus asa, dengan masalah yang sebenarnya teramat sangat kecil, yang tentu saja sebenarnya telah Allah sesuaikan dengan kemampuan. Aku begitu kerdil.
Pernah ingin menjalaninya seperti orang lain menjalani hidupnya, seperti teman-teman yang lain. Bisa kuliah dengan tenang, tanpa memikirkan masalah pembayaran. Kuliah dan bisa mengikuti berbagai seminar, organisasi, dan berbagai kegiatan dengan tenang, saat aku memikirkan hal ini, aku hanya bisa tersenyum dan menertawakan diriku sendiri. Kadang banyak hal yang menggelikan yang terjadi pada diri kita sendiri, tanpa pernah kita sadari. Ikut kursus dan pelatihan dari lembaga-lembaga yang memang berkompeten dan berkualitas. Aku sadar aku belum bisa. Itu nyata, harus disadari dan dijalani. The Life is reality.
Bukankah Allah telah memberikan ku kesempatan dengan orang-orang yang luar biasa. Mengikuti seminar di lorang-lorong pasar dengan para pedagang daging, Pak Man, Pak Abdul, Pak Rosyidin dan masih banyak yang lainnya. Dengan penjaga parkir, Pak Sanaji dan kawan-kawan, dengan para security, bos sayur dan buah, Haji Bambang. Dan semua orang-orang luar biasa yang berjuang dengan keikhlasan dan kesederhanaan. Diskusi mulai dari politik, keamanan, olah raga, agama, budaya, ekonomi, isu-isu internasional maupupun berita-berita gosip para artis. Itu sudah cukup untuk memberiku pelajaran berharga pada hidup.
Tiga tahun itu cukup lama jika dihitung dengan kalkulator, tapi kini hanya terasa hanya seperti tiga hari saja. Sejauh ini aku sudah membuktikan, bahwa orang desa, dari tempat yang tak banyak dikenal, dari latar pendidikan yang masih jauh dari lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah favorit, dengan modal sekedarnya, dapat memperjuangkan takdirnya sendiri. Tapi itu belum cukup, orang-orang dikampung menanti, sangat mengharapkan anak rantau ini mampu membaw perubahan, menjadikan keluarga, teman-teman dan tetangga mampu menjadi lebih berdaya. Tidak tertindas oleh kemelaratan dan kebodohan.
Aku sendiri tak tahu pasti darimana keberanian dan kekuatan ini. Yang kutahu, seperti yang dikatakan oleh Pak Mario Teguh, Bagaimana cara terbaik untuk mewujudkan impian kita? tak ada kata lain selain kita harus bangun dari tidur. Karena keberhasilan itu tak ada dalam dunia mimpi. Kemudian melakukan satu langkah awal, niat yang kuat. Karena kita tak akan bisa melangkah seratus langkah, jika kita tak pernah melakukan langkah pertama. I believe I can Fly.
Inspirasi terbesar datang dari tatapan ibu bapak, yang mereka tahu tak bisa berbuat banyak dan memberikan semua hal yang terbaik. Ibu bapak yang meskipun tak pernah berkata sayang padaku, aku tahu mereka adalah orang yang paling menyayangiku. Lewat semua doa dan tangisan mereka, lewat semua nasehat dan amarah mereka, lewat tiap keping uang yang mereka berikan, lewat semua usaha keras dan tak mengenal lelah mereka. Mereka, yang meski kutahu serba dalam keterbatasan, selalu ingin memberikan yang terbaik padaku; anak mereka yang paling nakal dan begitu susah diatur. Aku ingin tahu impian dalam tatapan mereka. Dan aku berjanji, jika Alla mengijinkan, akan kuwujudkan semua impian mereka.
Dari merekalah aku tahu, bahwa begitu besarnya kasih sayang semua orang tua di dunia. Dari merekalah aku belajar memahami, bahwa merka hanya salah satu dari sekian puluh juta orang tua di Indonesia dan ratusan juta di dunia, yang ingin memberikan semua yang terbaik bagi anak-anak mereka, tapi mereka tidak mampu. Terkurung dalam jeruji keterbatasan, tetapi masih mampu memberikan yang terbaik. Ibu, bapak, I Love You All...
Inspirasiku berasal dari Orang tua keduaku, Bapak Ibu Guru, Ustadz dan Pak Yai, Serta Para Dosen yang senantiasa mengisi kekosongan ilmu pengetahuanku. Mengasah pemikiranku. Mengajariku pentingnya Ilmu pengetahuan. Lewat petuah-etuah dan nasehat. Lewat keteladanan. Lewat Kebijaksanaan. Melalui transfer pengetahuan. Mengajariku bukan untuk hidup di masa sekarang, tapi membuatku percaya bahwa aku berhak punya masa depan, masa depan yang jauh lebih baik. Terimakasih...
Inspirasiku juga datang dari sahabat-sahabat yang menganggap bahwa diriku ini adalah sosok yang kuat dan cukup berhasil, juga adik-adikku yang menjadikan aku panutan. Padahal aku begitu lemah dan tak cukup pantas untuk menjadi acuan. Mereka semua yang untuk sementara tak dapat mewujudkan impiannya melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Orang-orang yang memiliki impian dan harapan yang besar untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Aku tak ingin mematikan semangat mereka yang mulai tumbuh. Aku tak bisa lupakan, saat katakan mereka ingin masuk ke bangku kuliah, saat mereka katakan kekagumannya padaku. Aku tak ingin mereka mtikan lagi Jika aku gagal dan mundur, maka bagaimana dengan mereka? Padahal aku tahu mereka jauh lebih tangguh dan pintar dariku, tapi mereka tak mendapatkan kesempatan. Seperti jutaan anak Indonesia yang juga tak memiliki kesempatan. All my lovely friends and brothers, I believe We Can Fly. Let’s Do Our Best. Don’t be afraid.
Inspirasiku datang dari teman-teman seperjuangan. Orang-orang luar biasa yang kutemui, yang juga memiliki tujuan yang luar biasa. Orang-orang yang tentu saja sangat berarti dalam hidup ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan berbagai macam latar belakang. Dengan berbagai macam kisah perjuangannya masing-masing. Dengan berbagai macam pemikirannya. Dengan berbagai pengalaman masing-masing.
Seorang Abang, sahabat, dan guru sekaligus. Dengan perjuangan luar bisanya yang mampu memompa semngatku yang pernah hancur dan jatuh ke titik nadir. Melihat perjuangan dalam beban yang begitu besar, engkau mampu bertahan. Beban dan masalahku sendiri tak sebesar itu, tapi aku masih sempat mengeluh. Terimakasih, aku telah belajar tentang kekuatan dan karakter membangun pribadiku sendiri.
Aku juga tak bisa membayangkan, bagaimana jika seandainya tak ada pertemuan dengan orang-orang luar biasa ini. Baik yang baik, maupun yang kurang baik. Untuk mereka, rekan-rekan luar biasa, teruskan perjuangan hidup kalian...Ataupun Teman, Adik dan Saudaraku yang selalu berjuang demi cita-citanya, dan juga hidupnya yang selalu terkait dengan cinta. Cita dan Cinta. Semoga tercapai Apa yang kau Impikan. Engkau juga mengajariku banyak hal. Buat bangga Orang Tuamu... dan Daerahmu...
Inspirasi terakhirku, datang dari bidadari yang pernah membuatku begitu bersinar, begitu kuat, bangkit dari keterpurukan. Sosok yang juga sangat berarti bagi membangun sendi-sendi kehidupanku, dengan asa, cita, dan tentu saja pelita cinta. aku sadar aku bukan segalanya bagimu, dan mungkin tak pernah berarti. Setitik kebersamaan kita yang tak menentu, tentu saja tak kan pernah cukup untuk merentangkan cinta di dadamu. Aku sangat senang dengan pilihanmu, walau ada rasa sakit menghujam di hati, itu yang kuperlukan. Karena, kuyakin pilihanmu adalah yang terbaik, semoga kau bahagia. Maka terbanglah. Raih kebahagianmu dengan caramu sendiri, cara yang kau suka. Aku mencintaimu, meski aku tahu, mencintaimu itu bukan perkara yang mudah. I love U but I know it’s not so Easy. Aku belajar banyak darimu.
Munculah kesadaran, menjalani hidup itu hanya Lillahi Ta’ala. Tak mau berhenti berusaha karena tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Semakin tak pasti masa depan, maka semakin harus pastikan diri ini benar-benar berkualitas. Keadaan yang tidak pasti berpihak pada orang yang berani. Miliki Niat Baik, lakukan yang terbaik, semaksimal dan seoptimal mungkin, dan biarkan Allah yang Menentukan Setelahnya. Dan Selalu yakin, bahwa Allah selalu menganugerahi makhlukNYA dengan hal yang dibutuhkan mereka dengan berlimpahnya hikmah dan karunia.
Aku mohon kekuatan, dan Allah memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuat diriku lebih kuat. Aku mohon kebijakan, dan Allah memberikanku persoalan untuk diselesaikan. Aku mohon kemakmuran, dan Allah menganugerahkan kepadaku otak dan tenaga untuk bekerja. Aku mohon keteguhan hati, dan Allah memberiku bahaya untuk diatasi. Aku mohon cinta, dan Allah menghadirkan kepadaku orang-orang bermasalah untuk ditolong. Aku mohon ketulusan cinta, dan Allah memberikanku hati untuk merasakannya. Aku mohon kemurahan/kebaikan hati, dan Allah memberiku kesempatan-kesempatan.Aku tak memperoleh apa yang kuinginkan, tetapi Allah berikan segala yang aku butuhkan.
I found myself today,Oh, I found myself and ran away. Something pulled me back, a Voice of reason I forgot I had. All I know is you're not here to say,What you always used to say. And it's written in the sky tonight
So I won't give up. No, I wont break down. Sooner than it seems life turns around. And I will be strong Even if it all goes wrong When I'm standing in the dark I'll still believe, I can do it.
I've seen that bright light And it's shining on my destiny. Shining all the time. And I won't be afraid to follow everywhere it's taking me. All I know is yesterday is gone And right now I belong, To this moment, To my dreams. For My Bright Destiny....
Thank You Allah
Van Tovich's Secret... Malang-Jogja, 29 April to 2 Mei
Diposting oleh van Tovich di 16.17 0 komentar
Label: d' Inspirations
Si Penggembira yang Akhirnya Paling Bergembira
Ahad, hari ketiga di bulan paling awal di tahun 2010. Sebuah sejarah manis nan mengesankan terukir di tanah UII. Sebuah peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan di perjalanan masa studiku di jogja, mungkin tidak hanya aku, tapi juga semua rekan setim, “Tim Hula-Hulu”, HI’07. Sebuah tim penggembira yang akhirnya paling bergembira.
Sejarah itu dimulai pagi ini, pagi penuh awan-awan gelap yang menguasai langit jogja (walau mungkin hanya di langit perumahanku bukan semua jogja). Sebuah pesan singkat masuk mengisi inbox di hape bututku [Asslm. Eh ternyata HI’07 ada jadwal main futsal lawan Tarbiyah 08 di Gor UII tercinta hho...]. tercatat Bahar HI’07 pengirimnya. Ya Allah, aku tidak mungkin mengatakan tidak datang, hanya karena tubuhku yang sejak dua hari ini terserang virus influenza. Badan panas gak karuan, hiung berair, kela nyut-nyutan. Stop. Tapi ini tidak menyurutkanku nyaliku untuk turut memeriahkan pesta kecil persembahan anak Ekis.
Pesiapan mendadakpun harus segera dimulai. Cari pinjaman sepatu. Minum obat, dan pemanasan secukupnya (bersih-bersih rumah). Yah meski kami semua telah sepakat untuk menjadi penggembira pada ajang ini. Tidak ada target khusus. Cukup jadi ajang kebersamaan. Mari lihat dari segi pemilihan nama saja, “Hula-Hulu”, tidak ada keren-kerennya. Dari segi permainan, kumpul aja jarang, bagaimana lagi dengan bermain futsal. Dan, parahnya, dari enam orang yang siap datang, eh ternyata satu dipastikan absen akibat harus memperkuat timnas Indonesia, eh... bukan..bukan... tapi ngantar ceweknya pulang ke Jatim he..he... pas banget deh. Eh, satu lagi, dari lima orang yang hadir, di GOR UII, empat lagi gak enak badan. Pas banget deh.
09.32. Waktu yang sebenarnya pertandingan kami sudah dimulai. Aku berangkat dengan Aroel, transit sejenak di Base Camp, kos Aswin dan tanpa menunggu lama langsung meluncur menuju arena laga Gelanggang Olah Raga Universitas Islam Indonesia. Untuk beberapa saat cuaca berubah, dari mendung gelap di area perumnas, menjadi panas terik di sepanjang jalan Kaliurang dan seluruh area Kampus Terpadu UII termasuk di area GOR UII tempat pertandingan akan berlansung. Senyum dan canda tawa mengiringi perjalanan kami hingga memasuki kawasan GOR UII.
09.47. kami baru sampai di GOR UII. 17 menit lebih lambat dari jadwal pertandingan. Wah parah, pasti pertandingan sudah dimulai, tapi siapa yang main, kalo pemainnya masih di atas motor. Jangan-jangan kami sudah di diskualifikasi...ada sedikit kecemasan. Ternyata kami langsung lolos otomatis ke fase quarter final setelah tim Tarbiyah ’08 tidak kunjung datang. Alhamdulillah, jadi kami ada waktu untuk istirahat memulihkan sedikit kondisi kami. Jadwal terbaru kami akan menghadapi adik angkatan kami , Anthor dan kawan-kawan; tim HI ’08. Selepas sholat dhuhur pukul 12.30. Perang saudara ceritanya. Iseng-iseng kami katakan kecewa harus ketemu lebih awal, harapan kami kita bakal ketemu di final, all HI final...
12.30. hanya ada satu kata: Play. Bermain. Waktu bertanding tiba juga. Pertandingan pertama yang pastinya akan banyak menguras energi dan emosi. Lawan adik angkatan, yang juga pada beberapa matakuliah justru satu kelas. Beberapa detik menjelang kick off, kubaca sebuah do’a hasil ijazah dari seorang kakak kelas di SMA dulu. Kami menyatukan satu tujuan bermain optimal dan maksimal. Tanpa target yang berlebihan. Hanya bertanding, bermain, dan bertanding... Bismillah... Allahuakbar!!!
Bahar sebagai penjaga gawang sekaligus kapten tim, centerback ditempati oleh Pak Guru, mas Jondra, sisi kanan ditempati Aa Aroel dan si Bocah van Tovich di sisi kiri, serta tidak pernah lupa, si otak serangan, playmaker dan striker Aswin. Ditambah Dwika sebagai official dan pendukung utama dan satu-satunya. Di detik terakhir, datang mas Ridho menambah amunisi kami yang limitted. Gairah bermain bolaku kembali menyala, setelah sekian lama aku vakum dari dunia tendang-menendang bola itu.
Ada satu perasaan dan keyakinan bahwa kita akan menang dan terus menang hingga pertandingan puncak. Mungkinkah? Perasaan ini lah yang pernah lama kurasakan dengan latar belakang yang hampir sama, di turnamen sepak bola SD Kecamatan Lawang, turnamen di SMP, dan beberapa pertandingan antar SMA dan juga turnamen antar klub, baik di pondok maupun di kampung. Fighting spirit membangkitkan motto lamaku, fun to fight (mirip van tovich). Jadi, mari kita kembali ke pertandingan yang kujamin seru.
Sebuah lemparan dari Bahar diterima dengan baik oleh Aswin, dengan gocekan yang aduhai layaknya carlos Tevez, dia mampu mengecoh dua pemain HI ’08. Dengan sedikit trik, dia menyodorkan umpan manis ke arah van tovich yang berdiri bebas tanpa kawalan di area pertahanan HI ’08. Insting itu muncul. Satu sontekan indah melayang melewati hadangan dan terjangan Hidayat sang keeper,... Goal... Goal.... 1-0 kami memimpin. Seisi GOR terdiam, kami senang.
Operan dari Jondra diterima Aswin dengan begitu baik, sekali lagi, gocekannya mengecoh semua pemain bertahan HI’08, dengan satu tendangan gledek yang mematikan, terciptalah gol kedua bagi kami. Dan keunggulan dua gol itu tak bertahan lama, setelah Aswin menunjukkan skil yang luar biasa, kembali, dia mampu mengacak-acak pertahanan lawan, hingga dia melepas sebuah assist tepat ke mulut gawang yang sudah kosong, si Aan sudah mati langkah, dan tanpa kesulitan Aroel menceploskan sebuah gol. 3-0. Diluar dugaan semua orang, bahkan kami sendiri tak menduga bisa unggul di paruh pertama ini.
Sayang sungguh disayang, selepas jeda babak pertama, stamina kami terkuras habis. Dengan kondisi yang tidak seratus persen, empat orang pemain menunjukkan gejala sakit. Aku sendiri hampir-hampir mau muntah, kepala berkunang-kunang, hampir semua pemain kami tk mampu lagi mengejar bola. Rasa capek mulai memuncak. Hal ini menyebabkan Anthor dkk mampu mengembangkan permainan dan terus melakukan serangan dan tekanan. Kami beruntung, memiliki penjaga gawang yang tangguh sekelas Bahar, yang mampu menahan serangan-serangan yang datang bertubi-tubi. Salut. Hingga peluit akhir dibunyikan, mereka hanya mampu membalas dua gol, sehingga kami lolos ke babak semi final. 3-2. Perjuangan optimal. Di semi final Tarbiyah 09 sudah menanti.
14.15. beberapa detik sebelum kick off semifinal dimulai. Kami hanya ingin bermain. Menjaga gairah kebersamaan dan kekeluargaan. Sebuah strategi kami rancang demi menahan agresivitas seorang penyerang Ty 09 yang kami anggap sebagai roh permainan mereka. Priitt...Kick off. Silih berganti serangan terjadi, namun tak ada gol yang tercipta. Paruh pertama berakhir kaca mata 0-0. Paruh kedua kami mulai meningkatkan serangan tanpa melupakan pertahanan. Beberapa peluang emas tercipta,baik dari kami maupun tim lawan. Kesigapan kedua penjaga gawang mampu menahan lahirnya gol. Hingga pada menit-menit akhir, tanpa diduga, sebuah akselerasi mengagumkan dilakukan oleh sang Centerback, Pak Guru, mas Jondra. Akselerasi itu mampu membelah pertahanan Ty 09, sebuah tendangan mampu diblok oleh pemain bertahan Ty 09, bola liar menuju ke arah Aswin, dalam kondisi tertekan dan dalam posisi ruang yang sempit, dengan ketenangannya, dia melepaskan sebuah tendangan yang meluncur deras membobol gawang anak-anak Ty 09. Goal... 1-0 cukup untuk membawa kami melaju ke partai puncak. Syukur Alhamdulillah....
Final akan dilangsungkan pada pukul 18.30. rentang waktu ini akan kami jadikan sebagai momentum untuk mengembalikan kondisi yang sempat drop. Dengan segenap kelelahan yang menguasai diri kami. Terjadilah revolusi target. Ternyata kami mampu menjadi juara. Kita mempunyai kemampuan untuk menjadi sebuah tim juara. Kami memiliki cukup semangat. Yang paling tidak kami pastikan akan mendapat satu trofi. Paling tidak kami telah menjadi juara, entah kesatu atau kedua. Calon lawan kami sudah terlihat, dengan permainan yang dahsyat, dengan seorang anak HI di dalamnya, Tarbiyah ’06 adalah calon terkuat yang akan kami hadapi di final. Terbukti. Tarbiyah 06, kami lawanmu....
17.43. Aku, mas Jond, Aroel dan Dwika berkumpul di kos Aroel. Bercanda dan berbincang apa saja, melepas rasa lelah dan rasa sakit yang medera. Sejenak kami menonton film yang sempat menggemparkan, 2012. Rasa lelah menyebabkan bakteri-bakteri didalam sistem pencernaan memberontak. Aroel sudah makan mie ayam. Tinggal giliranku, pak guru dan Dwika yang masih belum terisi. Kami putuskan untuk membeli nasi di salah tempat satu favorit ku, warung Nasi Padang, yang sering kusebut, “PAIJO” alias Padang Jowo, yah menu yang dijual bener menu nasi padang, tapi penjualnya orang Jawa dengan sistem penjualan orang Jawa.
18.25. setelah kami berempat selesai sholat berjamaah di rumah Dwika, kami bergegas menuju GOR UII yang hanya berjarak sekitar seratus meter. Diluar dugaan, kondisi GOR masih sepi, bahkan pintu masuk masih terkunci rapat. Hanya satpam pengelola yang ada disana. Terpaksa kami harus menunggu. Kondisi kami tidak berubah masih lelah, bahkan semakin sakit. Aku sendiri badan panas dingin, pusing tiada tara. Dengan kondisi ini, kami sempat bersenda gurau, bahwa mungkin kita mengalah saja, juara dua kami rasa sudah sangat bagus bagi tim seperti kami. Tertawa lepas, membuat kami lebih enjoy menghadapi partai final.
Terlebih, setelah mas Ridho memberikan satu kalimat penyemangat, “ loh kenapa harus kalah, kita sudah sampai di sini, final, kita harus menang!!!” hal ini didasari bahwa kami merasa bakal kalah, mungkin dengan margin yang lumayan besar. Tak apalah, kita pasti menang. Dengan strategi yang telah kami rancang, kami yakin pasti bisa membawa kemenangan. Terlebih dengan adanya oknum HI yang berbelot ke tim lawan, padahal tim kita juga butuh pemain. Sudahlah. Di luar arena kita tetap temen, tapi di atas lapangan kita adalah lawan. Kita akan buktikan HI khususnya HI 07 mampu berprestasi.
19.00. setengah jam melewati jadwal yang semestinya. Pertandingan baru dimulai. Zona deep marking, man to man marking, dan direct passing kami lakukan. Tiga pemain bertahan, hanya menyisakan Aswin sebagai lone striker. Terbukti jitu, dalam waktu singkat tiga gol tercipta dengan proses yang hampir sama. Bola dialirkan langsung dari el-capitano, Bahar, menuju ke Aswin. Kontrol bola yang sempurna, dilanjutkan dengn skil individu mumpuni, cukup untuk mengecoh pemain bertahan- salah satu yang terbaik di FIAI- dan menceploskan canon ball yang menghujam deras gawang Tarbiyah 06. 3-0 cukup membuat kami yakin gelar juara bakal kami bawa ke Base Camp. Kekompakan kami di lini belakang juga mampu membuat serangan Ty 06 mengalami kebuntuan. 3-0 menutup akhir babak pertama.
Babak kedua berlangsung lebih seru dan menegangkan. Tidak mau malu, Ty 06 meningkatkan serangan. Tapi sekali lagi determinasi tinggi kami mampu meredam keampuhan permainan mereka. Permainan mereka tidak sebaik di babak-babak awal. Kami pun dengan mulus menggenggam title juara FKEI Cup. Skor akhir HI 07 vs Ty 06 4-1. Kemenangan mengharukan dan jelas membanggakan. Ini kemenangan bersejarah. Senyum cerah menghiasi wajah kami. Kami abadikan momen ini dengan berfoto bersama dengan trofi perjuangan kami. Sebuah momen indah. Tak mungkin dapat kami lupakan.
Perjuangan kami hari ini mungkin hanya sebagian kecil dari apa yang dinamakan perjuangan oleh sebagian orang. Kami tahu, perjuangan ini bukan apa-apa, yang kami tahu kami telah memberikan permainan terbaik. Kami belajar beberapa hal hari ini. Tentang arti perjuangan dan kebersamaan. Pengorbanan dan kebanggaan. Kemenangan dan Optimalisasi diri. Gairah untuk menang dan juga Semangat pantang menyerah. Bahagia dan Senyuman. Biarlah kami catat dalam sejarah perjalanan hidup kami. Satu hal yang pasti; Kami Juara!!!
Pada akhirnya Allah lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lakukan semua denga baik dan ikhlas, biarkan Allah yang mengatur setelahnya.
Djangkang, Djogja, 3 januari 2010
van tovich
Read More......
Diposting oleh van Tovich di 11.50 0 komentar
Label: d' Inspirations
Sebuah Lagu dari Daniel Powter : Love U Lately
You packed your last two bags
A taxi's 'round the bend.
You used to laugh out loud,
but you can't remember when.
You lost your lies.
It's like your moving out of time,
And the whole word
crumbles right beneath you.
So, I might've made a few mistakes,
but that was back when you would smile,
And we would go everywhere,
but we ain't been there for awhile.
And this I know,
there's a place that we can go-
A place where I can finally let you know.
'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
We're the only one's that around,
We're the only one's that around this Babylon.
I hope you find
whatever you've been lookin' for.
Just remember where you're from
and who you are,
'Cause there's a thousand lights
that'll make you feel brand new,
But if you ever lose your way,
I'll leave one on for you.
'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
So, come back and you sit down. Relax.
Everything's to see
that you've come a long, long way,
And it's the place that you should be.
'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
'Cause I'm the one that loves you lately.
You and me, we got this great thing.
And we're the only one's that around,
We're the only one's that around this Babylon
Diposting oleh van Tovich di 19.10 0 komentar
Label: Getaran Nurani