Ahad, hari ketiga di bulan paling awal di tahun 2010. Sebuah sejarah manis nan mengesankan terukir di tanah UII. Sebuah peristiwa yang tidak akan pernah terlupakan di perjalanan masa studiku di jogja, mungkin tidak hanya aku, tapi juga semua rekan setim, “Tim Hula-Hulu”, HI’07. Sebuah tim penggembira yang akhirnya paling bergembira.
Sejarah itu dimulai pagi ini, pagi penuh awan-awan gelap yang menguasai langit jogja (walau mungkin hanya di langit perumahanku bukan semua jogja). Sebuah pesan singkat masuk mengisi inbox di hape bututku [Asslm. Eh ternyata HI’07 ada jadwal main futsal lawan Tarbiyah 08 di Gor UII tercinta hho...]. tercatat Bahar HI’07 pengirimnya. Ya Allah, aku tidak mungkin mengatakan tidak datang, hanya karena tubuhku yang sejak dua hari ini terserang virus influenza. Badan panas gak karuan, hiung berair, kela nyut-nyutan. Stop. Tapi ini tidak menyurutkanku nyaliku untuk turut memeriahkan pesta kecil persembahan anak Ekis.
Pesiapan mendadakpun harus segera dimulai. Cari pinjaman sepatu. Minum obat, dan pemanasan secukupnya (bersih-bersih rumah). Yah meski kami semua telah sepakat untuk menjadi penggembira pada ajang ini. Tidak ada target khusus. Cukup jadi ajang kebersamaan. Mari lihat dari segi pemilihan nama saja, “Hula-Hulu”, tidak ada keren-kerennya. Dari segi permainan, kumpul aja jarang, bagaimana lagi dengan bermain futsal. Dan, parahnya, dari enam orang yang siap datang, eh ternyata satu dipastikan absen akibat harus memperkuat timnas Indonesia, eh... bukan..bukan... tapi ngantar ceweknya pulang ke Jatim he..he... pas banget deh. Eh, satu lagi, dari lima orang yang hadir, di GOR UII, empat lagi gak enak badan. Pas banget deh.
09.32. Waktu yang sebenarnya pertandingan kami sudah dimulai. Aku berangkat dengan Aroel, transit sejenak di Base Camp, kos Aswin dan tanpa menunggu lama langsung meluncur menuju arena laga Gelanggang Olah Raga Universitas Islam Indonesia. Untuk beberapa saat cuaca berubah, dari mendung gelap di area perumnas, menjadi panas terik di sepanjang jalan Kaliurang dan seluruh area Kampus Terpadu UII termasuk di area GOR UII tempat pertandingan akan berlansung. Senyum dan canda tawa mengiringi perjalanan kami hingga memasuki kawasan GOR UII.
09.47. kami baru sampai di GOR UII. 17 menit lebih lambat dari jadwal pertandingan. Wah parah, pasti pertandingan sudah dimulai, tapi siapa yang main, kalo pemainnya masih di atas motor. Jangan-jangan kami sudah di diskualifikasi...ada sedikit kecemasan. Ternyata kami langsung lolos otomatis ke fase quarter final setelah tim Tarbiyah ’08 tidak kunjung datang. Alhamdulillah, jadi kami ada waktu untuk istirahat memulihkan sedikit kondisi kami. Jadwal terbaru kami akan menghadapi adik angkatan kami , Anthor dan kawan-kawan; tim HI ’08. Selepas sholat dhuhur pukul 12.30. Perang saudara ceritanya. Iseng-iseng kami katakan kecewa harus ketemu lebih awal, harapan kami kita bakal ketemu di final, all HI final...
12.30. hanya ada satu kata: Play. Bermain. Waktu bertanding tiba juga. Pertandingan pertama yang pastinya akan banyak menguras energi dan emosi. Lawan adik angkatan, yang juga pada beberapa matakuliah justru satu kelas. Beberapa detik menjelang kick off, kubaca sebuah do’a hasil ijazah dari seorang kakak kelas di SMA dulu. Kami menyatukan satu tujuan bermain optimal dan maksimal. Tanpa target yang berlebihan. Hanya bertanding, bermain, dan bertanding... Bismillah... Allahuakbar!!!
Bahar sebagai penjaga gawang sekaligus kapten tim, centerback ditempati oleh Pak Guru, mas Jondra, sisi kanan ditempati Aa Aroel dan si Bocah van Tovich di sisi kiri, serta tidak pernah lupa, si otak serangan, playmaker dan striker Aswin. Ditambah Dwika sebagai official dan pendukung utama dan satu-satunya. Di detik terakhir, datang mas Ridho menambah amunisi kami yang limitted. Gairah bermain bolaku kembali menyala, setelah sekian lama aku vakum dari dunia tendang-menendang bola itu.
Ada satu perasaan dan keyakinan bahwa kita akan menang dan terus menang hingga pertandingan puncak. Mungkinkah? Perasaan ini lah yang pernah lama kurasakan dengan latar belakang yang hampir sama, di turnamen sepak bola SD Kecamatan Lawang, turnamen di SMP, dan beberapa pertandingan antar SMA dan juga turnamen antar klub, baik di pondok maupun di kampung. Fighting spirit membangkitkan motto lamaku, fun to fight (mirip van tovich). Jadi, mari kita kembali ke pertandingan yang kujamin seru.
Sebuah lemparan dari Bahar diterima dengan baik oleh Aswin, dengan gocekan yang aduhai layaknya carlos Tevez, dia mampu mengecoh dua pemain HI ’08. Dengan sedikit trik, dia menyodorkan umpan manis ke arah van tovich yang berdiri bebas tanpa kawalan di area pertahanan HI ’08. Insting itu muncul. Satu sontekan indah melayang melewati hadangan dan terjangan Hidayat sang keeper,... Goal... Goal.... 1-0 kami memimpin. Seisi GOR terdiam, kami senang.
Operan dari Jondra diterima Aswin dengan begitu baik, sekali lagi, gocekannya mengecoh semua pemain bertahan HI’08, dengan satu tendangan gledek yang mematikan, terciptalah gol kedua bagi kami. Dan keunggulan dua gol itu tak bertahan lama, setelah Aswin menunjukkan skil yang luar biasa, kembali, dia mampu mengacak-acak pertahanan lawan, hingga dia melepas sebuah assist tepat ke mulut gawang yang sudah kosong, si Aan sudah mati langkah, dan tanpa kesulitan Aroel menceploskan sebuah gol. 3-0. Diluar dugaan semua orang, bahkan kami sendiri tak menduga bisa unggul di paruh pertama ini.
Sayang sungguh disayang, selepas jeda babak pertama, stamina kami terkuras habis. Dengan kondisi yang tidak seratus persen, empat orang pemain menunjukkan gejala sakit. Aku sendiri hampir-hampir mau muntah, kepala berkunang-kunang, hampir semua pemain kami tk mampu lagi mengejar bola. Rasa capek mulai memuncak. Hal ini menyebabkan Anthor dkk mampu mengembangkan permainan dan terus melakukan serangan dan tekanan. Kami beruntung, memiliki penjaga gawang yang tangguh sekelas Bahar, yang mampu menahan serangan-serangan yang datang bertubi-tubi. Salut. Hingga peluit akhir dibunyikan, mereka hanya mampu membalas dua gol, sehingga kami lolos ke babak semi final. 3-2. Perjuangan optimal. Di semi final Tarbiyah 09 sudah menanti.
14.15. beberapa detik sebelum kick off semifinal dimulai. Kami hanya ingin bermain. Menjaga gairah kebersamaan dan kekeluargaan. Sebuah strategi kami rancang demi menahan agresivitas seorang penyerang Ty 09 yang kami anggap sebagai roh permainan mereka. Priitt...Kick off. Silih berganti serangan terjadi, namun tak ada gol yang tercipta. Paruh pertama berakhir kaca mata 0-0. Paruh kedua kami mulai meningkatkan serangan tanpa melupakan pertahanan. Beberapa peluang emas tercipta,baik dari kami maupun tim lawan. Kesigapan kedua penjaga gawang mampu menahan lahirnya gol. Hingga pada menit-menit akhir, tanpa diduga, sebuah akselerasi mengagumkan dilakukan oleh sang Centerback, Pak Guru, mas Jondra. Akselerasi itu mampu membelah pertahanan Ty 09, sebuah tendangan mampu diblok oleh pemain bertahan Ty 09, bola liar menuju ke arah Aswin, dalam kondisi tertekan dan dalam posisi ruang yang sempit, dengan ketenangannya, dia melepaskan sebuah tendangan yang meluncur deras membobol gawang anak-anak Ty 09. Goal... 1-0 cukup untuk membawa kami melaju ke partai puncak. Syukur Alhamdulillah....
Final akan dilangsungkan pada pukul 18.30. rentang waktu ini akan kami jadikan sebagai momentum untuk mengembalikan kondisi yang sempat drop. Dengan segenap kelelahan yang menguasai diri kami. Terjadilah revolusi target. Ternyata kami mampu menjadi juara. Kita mempunyai kemampuan untuk menjadi sebuah tim juara. Kami memiliki cukup semangat. Yang paling tidak kami pastikan akan mendapat satu trofi. Paling tidak kami telah menjadi juara, entah kesatu atau kedua. Calon lawan kami sudah terlihat, dengan permainan yang dahsyat, dengan seorang anak HI di dalamnya, Tarbiyah ’06 adalah calon terkuat yang akan kami hadapi di final. Terbukti. Tarbiyah 06, kami lawanmu....
17.43. Aku, mas Jond, Aroel dan Dwika berkumpul di kos Aroel. Bercanda dan berbincang apa saja, melepas rasa lelah dan rasa sakit yang medera. Sejenak kami menonton film yang sempat menggemparkan, 2012. Rasa lelah menyebabkan bakteri-bakteri didalam sistem pencernaan memberontak. Aroel sudah makan mie ayam. Tinggal giliranku, pak guru dan Dwika yang masih belum terisi. Kami putuskan untuk membeli nasi di salah tempat satu favorit ku, warung Nasi Padang, yang sering kusebut, “PAIJO” alias Padang Jowo, yah menu yang dijual bener menu nasi padang, tapi penjualnya orang Jawa dengan sistem penjualan orang Jawa.
18.25. setelah kami berempat selesai sholat berjamaah di rumah Dwika, kami bergegas menuju GOR UII yang hanya berjarak sekitar seratus meter. Diluar dugaan, kondisi GOR masih sepi, bahkan pintu masuk masih terkunci rapat. Hanya satpam pengelola yang ada disana. Terpaksa kami harus menunggu. Kondisi kami tidak berubah masih lelah, bahkan semakin sakit. Aku sendiri badan panas dingin, pusing tiada tara. Dengan kondisi ini, kami sempat bersenda gurau, bahwa mungkin kita mengalah saja, juara dua kami rasa sudah sangat bagus bagi tim seperti kami. Tertawa lepas, membuat kami lebih enjoy menghadapi partai final.
Terlebih, setelah mas Ridho memberikan satu kalimat penyemangat, “ loh kenapa harus kalah, kita sudah sampai di sini, final, kita harus menang!!!” hal ini didasari bahwa kami merasa bakal kalah, mungkin dengan margin yang lumayan besar. Tak apalah, kita pasti menang. Dengan strategi yang telah kami rancang, kami yakin pasti bisa membawa kemenangan. Terlebih dengan adanya oknum HI yang berbelot ke tim lawan, padahal tim kita juga butuh pemain. Sudahlah. Di luar arena kita tetap temen, tapi di atas lapangan kita adalah lawan. Kita akan buktikan HI khususnya HI 07 mampu berprestasi.
19.00. setengah jam melewati jadwal yang semestinya. Pertandingan baru dimulai. Zona deep marking, man to man marking, dan direct passing kami lakukan. Tiga pemain bertahan, hanya menyisakan Aswin sebagai lone striker. Terbukti jitu, dalam waktu singkat tiga gol tercipta dengan proses yang hampir sama. Bola dialirkan langsung dari el-capitano, Bahar, menuju ke Aswin. Kontrol bola yang sempurna, dilanjutkan dengn skil individu mumpuni, cukup untuk mengecoh pemain bertahan- salah satu yang terbaik di FIAI- dan menceploskan canon ball yang menghujam deras gawang Tarbiyah 06. 3-0 cukup membuat kami yakin gelar juara bakal kami bawa ke Base Camp. Kekompakan kami di lini belakang juga mampu membuat serangan Ty 06 mengalami kebuntuan. 3-0 menutup akhir babak pertama.
Babak kedua berlangsung lebih seru dan menegangkan. Tidak mau malu, Ty 06 meningkatkan serangan. Tapi sekali lagi determinasi tinggi kami mampu meredam keampuhan permainan mereka. Permainan mereka tidak sebaik di babak-babak awal. Kami pun dengan mulus menggenggam title juara FKEI Cup. Skor akhir HI 07 vs Ty 06 4-1. Kemenangan mengharukan dan jelas membanggakan. Ini kemenangan bersejarah. Senyum cerah menghiasi wajah kami. Kami abadikan momen ini dengan berfoto bersama dengan trofi perjuangan kami. Sebuah momen indah. Tak mungkin dapat kami lupakan.
Perjuangan kami hari ini mungkin hanya sebagian kecil dari apa yang dinamakan perjuangan oleh sebagian orang. Kami tahu, perjuangan ini bukan apa-apa, yang kami tahu kami telah memberikan permainan terbaik. Kami belajar beberapa hal hari ini. Tentang arti perjuangan dan kebersamaan. Pengorbanan dan kebanggaan. Kemenangan dan Optimalisasi diri. Gairah untuk menang dan juga Semangat pantang menyerah. Bahagia dan Senyuman. Biarlah kami catat dalam sejarah perjalanan hidup kami. Satu hal yang pasti; Kami Juara!!!
Pada akhirnya Allah lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lakukan semua denga baik dan ikhlas, biarkan Allah yang mengatur setelahnya.
Djangkang, Djogja, 3 januari 2010
van tovich
0 komentar:
Posting Komentar