Diceritakan dari Atsar dan kisah-kisah orang terdahulu, bahwa Adam diturunkan di India, sedangkan Hawa diturunkan di Jeddah. Mungkin dari sinilah asal nama “Jaddah” yang berarti nenek dalam bahasa arab.
Setelah turun ke bumi, Adam terus mencari Hawa. Menysuri setiap jengkal daratan yang dilalui, membentang mulai dari India sampai ke jazirah Arab. Cinta yang ada pada hati Nabi Adam memberikan kekuatan ekstra yang dapat mengantarkannya menemukan sang pujaan hati.
Hingga, mereka berdua dapat bertemu kembali di gunung di Arafah, yakni Jabal Rahmah yang memiliki makna Gunung Kasih sayang. Jika kita perhatikan, kita akan mendapati bahwa Arafah itu lebih dekat dari Jeddah dan tentu sangat jauh dari India. Jadi Adamlah yang lebih bersusah payah serta lebih banyak mencari dari pada Hawa, hingga ia pun sampai kepadanya.
Sekali lagi fitrah manusia bekerja. Dengan fitrah manusia bahwasannya yang melindungi adalah laki-laki, yang menjamin keamanan adalah laki-laki, yang bertanggung jawab untuk memberikan nafkah adalah laki-laki. Maka fitrah dalam diri Nabi Adam membimbingnya untuk segera mungkin menemukan hawa. Bukan Hawa yang harus mencari Adam, tapi adamlah yang mencari Hawa.
Sungguh indah Allah menciptakan manusia. Lihat bagaimana kelebihan yang diberikan kepada Nabi Adam akan melengkapi kekurangan yang ada pada Hawa. Sedangkan kelebihan yang terdapat pada Hawa akan menyempurnakan kekurangan yang ada pada Nabi Adam. Ada ikatan yang jelas pada keduanya… Subhanallah….
Siapa Yang Lebih Cinta?
Kita dapati pada kitab-kitab tafsir, sebuah ungkapan yang sangat indah. Topik ini diceritakan dengan tenang, tidak dengan kebencian seperti dikatakan oleh sebagian orang. Al-Qurthubi (seorang ulama’ Tafsir) menyebutkan bahwa malaikat bertanya kepada nabi Adam, “Apakah engkau mencintai Hawa?” Adam menjawab,”Ya, tentu.” Kemudian malaikta bertanya kepada hawa, dengan pertanyaan yang sama,”Apakah engkau mencintai Adam?” Hawa menjawab “Tidak.”
Bagaimana mungkin hawa menjawab seperti itu, padahal, di hatinya terdapat cinta yang berlipat-lipat dari cinta Adam kepadanya. Dalam jiwanya terdapat beribu-ribu kali lipat dari cinta Adam padanya… satu hal yang kami ketahui, Allah telah menghiasi dalam setiap diri wanita sebuah rasa malu. Sehingga wanita mampu menyimpan rasa cintanya jauh di dalam hati. Ia bisa berkata tidak, meskipun hatinya dengan lantang mengatakan Ya!!!
Rasa malu pada diri wanita inilah yang akan menjadikan wanita tampak lebih mempesona. Tanpa rasa malu, kemungkinan besar wanita akan menjadi makhluk yang rendah. Maka tidak heran, bahwa yang bertugas mengutarakan cinta adalah laki-laki dan yang meminang adalah laki-laki. Laki-laki tidak mungkin sanggup menyembunyikan rasa cintanya. Ia akan menampakkan cintanya secara nyata. Wallahu a’lam.
Berbicara tentang “Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam,” yang menjadi pertanyaan adalah, “ mengapa hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, pada saat Adam sedang tertidur?” mengapa Hawa diciptakan ketika Adam sedang tidak siuman?”
Adam tidak merasakan sakit saat penciptaan Hawa. Seolah ia berada dalam pengaruh obat bius. Padahal perempuan, saat ia melaksanakan operasi bersalin, ia dalam keadaan sadar (siuman). Mereka (ulama) mengatakan, karena perasaan Hawa lebih kuat dari perasaan Adam. Ia tidak merasakan susah dengan operasi itu, atau merasakan sakitnya, sedangkan Adam tidak akan tahan dengan rasa sakit itu.
Dalam diri wanita, akan kita jumpai juga kekuatan yang teramat sangat besar yang bersumber dari betapa kuat perasaannya. Hati wanita yang lebih lembut tersebut, akan sangat berperan bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Karena jika kita bayangkan, bagaimana kehidupan dunia jika diciptakan dengan satu sisi saja, akan sangat membosankan….
Allah telah menciptakan dunia ini dengan begitu indah, karena Allah Maha Indah, yang menyukai keindahan… jagalah amanah Allah yang sangat indah ini….
Diedit dari Buku Dengarkan Suara hati karya ‘Amru Khalid halaman 101-102
Read More......