Hadist sekitar Puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Baangsiapa bangun (shalat malam) pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari 2:251)
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Puasa itu perisai, maka jangalah ia berkata-kata keji dan jangan berbuat kebodohan. Jika ia dimusuhi atau di caci maki oleh seseorang maka katakanlah, “Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa”. (dua kali). Demi Dzat yang diriku di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi”. (Firman Allah), “Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, sedang kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kali lipat”. (HR. Bukhari 2 : 226)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman, “Setiap amal anak Adam itu untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang diantara kalian berpuasa pada suatu hari, maka janganlah berkata keji dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci makinya atau menyerangnya maka hendaklah ia mengatakan, “Sesungguhnya saya sedang berpuasa”. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulutnya orang yang berpuasa itu di sisi Allah lebih harum dari pada bau kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dirasakannya, yaitu apabila ia berbuka, bergembira karena bukanya, dan apabila ia bertemu dengan Tuhannya, bergembira karena puasanya”. (HR Bukhari 2 : 228)
dari berbagai sumber
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rsulullah SAW bersabda, “Apabila bulan Ramadlan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaithan-syaithan dibelenggu”. (HR. Muslim juz 2, jal. 758)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasululah SAW bersabda, “Apabila bulan Ramadlan tiba dibualah pintu-pintu rahmat, ditutuplah pintu-pintu jahannam, dan syaithan-syaithan diranai”. (HR. Muslim juz 2, hal. 758)
Dari Abu Harairah RA, ia berkata: Ketika tiba bulan Ramadlan Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan kepada kalian berpuasa pada bulan itu, ketika itu pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu. Dalam bulan itu ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikan-kebaikannya, maka sungguh dia telah terhalang (dari segala kebaikan)”. (HR. Ahmad juz 2, hal. 230, munqathi’)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Ramadlan adalah bulan dimana Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan puasa padanya, dan aku mensunnahkan shalat malam untuk kaum muslimin, maka barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka ia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ibunya melahirkannya”. (HR. Ahmad dari ‘Abdurrahman juz 1, hal. 195, dla’if karena dalam sanadnya ada An-Nadlr bin Syaiban)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya”. (HR. Bukhari juz 2, hal.228)
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW orang yang paling dermawan diantara manusia pada kebaikan. Dan beliau paling pemurah pada bulan Ramadlan, ketika Jibril bertemu beliau, dan Jibril AS bertemu beliau pada tiap malam di bulan Ramadlan hingga selesai. Nabi SAW menyimakkan Al-Qur’an kepadanya. Maka apabila Jibril AS menemui beliau, beliau adalah sangat dermawan dalam kebaikan, lebih murah dari angina yang terlepas”. (HR. Bukhari juz 2, hal.228)
Dari Sahl RA dari Nabi SAW beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yang disebut Rayyan, yang mana besok pada hari qiyamat orang-orang yang berpuasa masuk dari pintu itu. Dan tidak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu selain mereka. Dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang berpuasa?”. Maka mereka berdiri, tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk darinya. Apabila mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk darinya”. (HR. Bukhari 2 : 226)
Dari Abud Darda’ RA, ia berkata, “Kami keluar bersama Nabi SAW dalam sebagian perjalanan beliau di hari yang sangat panas sehingga seseorang meletakkan tangannya diatas kepalanya karena sangat panas. Diantara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Nabi SAW dan Ibnu Rawahah”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Abu Bakar bin Abdur Rahman dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, ia berkata, “Aku melihat Nabi SAW menuangkan air ke kepala beliau karena cuaca panas sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, “Kami bepergian bersama Nabi SAW. Dan orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata : Ketika dalam suatu perjalanan, Rasulullah SAW melihat kerumunan orang, dan seseorang telah dinaungi. Beliau SAW bertanya, “Ada apa ini?”. Mereka menjawab, “Orang yang berpuasa”. Maka beliau bersabda, “Tidak termasuk kebajikan berpuasa dalam bepergian”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Ka’ab bin Malik ia berkata : Dahulu pada bulan Ramadlan orang-orang apabila berpuasa (ketika tiba saat berbuka) lalu tidur, maka dia tidak boleh makan minum dan mencampuri istrinya hingga berbuka hari berikutnya. Pada suatu malam ‘Umar bin Khaththab datang dari sisi Nabi SAW setelah berbincang-bincang dengan beliau. Ketika itu ia mendapati istrinya telah tidur padahal ia ingin mencampurinya, lalu ia membangunkannya. Istrinya berkata, “Sesungguhnya aku sudah tidur!”. ‘Umar berkata, “Tetapi aku belum tidur!”. Kemudian ‘Umar mencampurinya. Dan Ka’ab bin Malik pun berbuat seperti itu. Keesokan harinya ‘Umar bin Khaththab datang kepada Nabi SAW memberitahukan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ‘alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum (Allah mengetahui bahwasanya kalian mengkhianati diri-dirimu (tidak dapat menahan nafsumu).(HR. Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dengan sanad Hasan)
Dari Al-Baraa’ RA, ia berkata, “Dahulu para shahabat Nabi Muhammad SAW, apabila seseorang berpuasa, dan datang waktu berbuka tetapi ia tidur belum berbuka, maka ia tidak makan di malam dan siang harinya sampai sore. Sesungguhnya Qais bin Shirmah Al-Anshari ia berpuasa. Ketika datang waktu berbuka, ia datang kepada istrinya, lalu berkata kepadanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?”. Istrinya menjawab, “Tidak, tetapi saya akan berangkat untuk mencarikan (makanan) untukmu”. Karena pada siang harinya ia bekerja, maka ia (lelah hingga) tertidur sampai istrnya datang. Ketika istrinya melihatnya (ia tertidur), lalu berkata, “Rugilah kamu!”. Kemudian ketika tengah hari ia pingsan, maka hal itu diceritakan kepada Nabi SAW, maka turunlah ayat ini Uhilla lakum lailatash shiyaamir rafatsu ilaa nisaa’kum (Dihalalkan bagimu pada malam hari berpuasa menggauli istrimu). Maka para shahabat sangat gembira karenanya, dan turunlah ayat Wa kuluu wasyrabuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadlu minal khaithil aswadi (Dan makan dan minumlah sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam). (HR. Bukhari 2:230)
Dari ‘Adiy bin Hatim RA, ia berkata : Ketika turun ayat Hattaa yatabayyana lakumul khaitul abyadlu minal khaithil aswadi minal fajri (Sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam dari fajar), ‘Adiy bin Hatim berkata kepada Rasulullah SAW, “ya, Rasulullah, sesungguhnya aku meletakkan dua simpul benang, yaitu benang putih dan benang hitam dibawah bantalku yang aku gunakan untuk mengetahui pergantian malam dengan siang. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu bantalmu lebar sekali?. Sesungguhnya (yang dimaksud ayat tersebut) adalah hitamnya malam dan putihnya siang”. (HR. Muslim 2:766)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Nabi SAW mencium dan bercumbu padahal beliau berpuasa, dan beliau adalah orang yang paling bisa menguasai nafsunya diantara kamu sekalian”. (HR. Bukhari 2:233)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mencium diantara para istri beliau sedangkan beliau berpuasa. Kemudian istrinya tertawa”. (HR. Bukhari 2:233)
Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah istri Nabi SAW, keduanya berkata, “Sesungguhnya dahulu Rasulullah SAW pernah pada waktu shubuh di bulan Ramadlan masih dalam keadaan junub karena persetubuhan bukan karena mimpi, kemudian beliau tetap berpuasa”. (HR. Muslim 2:781)
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Apabila seseorang sedang berpuasa, lalu lupa sehingga makan dan minum, maka hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Hanyasanya Allah memberikan makan dan minum kepadanya”. (HR. Bukhari 2:234)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasululah SAW apabila memasuki malam-malam sepuluh (akhir Ramadlan) beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh beribadah)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi SAW, tiba-tiba seorang laki-laki datang kepada beliau lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya binasa”. Beliau bertanya, “Ada apa engkau?”. Ia berkata, “Saya menyetubuhi istriku diwaktu aku puasa (Ramadlan)”. Kemudian Rasululah SAW bersabda, “Apakah kamu mempunyai budak yang bisa kamu merdekakan?”. Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu mampu untuk berpuasa dua bulan berturut-turut?”. Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu dapat memberi makan enam puluh orang miskin?”. Ia berkata, “Tidak”. (Abu Hurairah) berkata: Lalu orang tersebut diam di sisi Nabi SAW. Ketika kami dalam keadaan demikian itu tiba-tiba dibawakan satu ‘araq kurma kepada Nabi SAW. Adapun ‘araq maksudnya adalah miktal (keranjang). Beliau bersabda, “Dimana orang yang bertanya tadi?”. Ia menjawab, “Saya”. Beliau bersabda, “Ambillah ini dan sedeqahkanlah”. Ia berkata kepada beliau, “Apakah kepada orang yang lebih faqir daripada saya, wahai Rasulullah? Demi Allah, diantara dua tepian kota Madinah (yang ia maksudkan dua tanah berbatu hitam), tidak ada keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku”. Maka Nabi SAW tertawa sehingga nampak gigi taring beliau. Kemudian beliau bersabda, “Berikan makan keluargamu dengan kurma itu”. (HR. Bukhari 2:235)
Dari Abu Hurairah, ia merafa’kannya (ia mengatakan dari Nabi SAW), “Barangsiapa berbuka satu hari pada bulan Ramdlan tanpa halangan dan bukan karena sakit, maka tidak bisa diganti dengan puasa selamanya, jika dia akan melakukannya”. (HR. Bukhari 2:235)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berbuka sehari di bulan Ramadlan bukan karena keringanan (yang diberikan Allah padanya), maka tidak dapat diganti dengan puasa selamanya”. (HR. Ibnu Majah 1:535)
dikirim oleh ghazi
http://www.duadunia.net/hadist-sekitar-puasa-ramadhan
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Baangsiapa bangun (shalat malam) pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari 2:251)
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Puasa itu perisai, maka jangalah ia berkata-kata keji dan jangan berbuat kebodohan. Jika ia dimusuhi atau di caci maki oleh seseorang maka katakanlah, “Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa”. (dua kali). Demi Dzat yang diriku di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi”. (Firman Allah), “Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, sedang kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kali lipat”. (HR. Bukhari 2 : 226)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman, “Setiap amal anak Adam itu untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang diantara kalian berpuasa pada suatu hari, maka janganlah berkata keji dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci makinya atau menyerangnya maka hendaklah ia mengatakan, “Sesungguhnya saya sedang berpuasa”. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulutnya orang yang berpuasa itu di sisi Allah lebih harum dari pada bau kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dirasakannya, yaitu apabila ia berbuka, bergembira karena bukanya, dan apabila ia bertemu dengan Tuhannya, bergembira karena puasanya”. (HR Bukhari 2 : 228)
dari berbagai sumber
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rsulullah SAW bersabda, “Apabila bulan Ramadlan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaithan-syaithan dibelenggu”. (HR. Muslim juz 2, jal. 758)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasululah SAW bersabda, “Apabila bulan Ramadlan tiba dibualah pintu-pintu rahmat, ditutuplah pintu-pintu jahannam, dan syaithan-syaithan diranai”. (HR. Muslim juz 2, hal. 758)
Dari Abu Harairah RA, ia berkata: Ketika tiba bulan Ramadlan Rasulullah SAW bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan kepada kalian berpuasa pada bulan itu, ketika itu pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu. Dalam bulan itu ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikan-kebaikannya, maka sungguh dia telah terhalang (dari segala kebaikan)”. (HR. Ahmad juz 2, hal. 230, munqathi’)
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Ramadlan adalah bulan dimana Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan puasa padanya, dan aku mensunnahkan shalat malam untuk kaum muslimin, maka barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka ia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ibunya melahirkannya”. (HR. Ahmad dari ‘Abdurrahman juz 1, hal. 195, dla’if karena dalam sanadnya ada An-Nadlr bin Syaiban)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya”. (HR. Bukhari juz 2, hal.228)
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW orang yang paling dermawan diantara manusia pada kebaikan. Dan beliau paling pemurah pada bulan Ramadlan, ketika Jibril bertemu beliau, dan Jibril AS bertemu beliau pada tiap malam di bulan Ramadlan hingga selesai. Nabi SAW menyimakkan Al-Qur’an kepadanya. Maka apabila Jibril AS menemui beliau, beliau adalah sangat dermawan dalam kebaikan, lebih murah dari angina yang terlepas”. (HR. Bukhari juz 2, hal.228)
Dari Sahl RA dari Nabi SAW beliau bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yang disebut Rayyan, yang mana besok pada hari qiyamat orang-orang yang berpuasa masuk dari pintu itu. Dan tidak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu selain mereka. Dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang berpuasa?”. Maka mereka berdiri, tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk darinya. Apabila mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk darinya”. (HR. Bukhari 2 : 226)
Dari Abud Darda’ RA, ia berkata, “Kami keluar bersama Nabi SAW dalam sebagian perjalanan beliau di hari yang sangat panas sehingga seseorang meletakkan tangannya diatas kepalanya karena sangat panas. Diantara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Nabi SAW dan Ibnu Rawahah”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Abu Bakar bin Abdur Rahman dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, ia berkata, “Aku melihat Nabi SAW menuangkan air ke kepala beliau karena cuaca panas sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, “Kami bepergian bersama Nabi SAW. Dan orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata : Ketika dalam suatu perjalanan, Rasulullah SAW melihat kerumunan orang, dan seseorang telah dinaungi. Beliau SAW bertanya, “Ada apa ini?”. Mereka menjawab, “Orang yang berpuasa”. Maka beliau bersabda, “Tidak termasuk kebajikan berpuasa dalam bepergian”. (HR. Bukhari 2:238)
Dari Ka’ab bin Malik ia berkata : Dahulu pada bulan Ramadlan orang-orang apabila berpuasa (ketika tiba saat berbuka) lalu tidur, maka dia tidak boleh makan minum dan mencampuri istrinya hingga berbuka hari berikutnya. Pada suatu malam ‘Umar bin Khaththab datang dari sisi Nabi SAW setelah berbincang-bincang dengan beliau. Ketika itu ia mendapati istrinya telah tidur padahal ia ingin mencampurinya, lalu ia membangunkannya. Istrinya berkata, “Sesungguhnya aku sudah tidur!”. ‘Umar berkata, “Tetapi aku belum tidur!”. Kemudian ‘Umar mencampurinya. Dan Ka’ab bin Malik pun berbuat seperti itu. Keesokan harinya ‘Umar bin Khaththab datang kepada Nabi SAW memberitahukan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat ‘alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum (Allah mengetahui bahwasanya kalian mengkhianati diri-dirimu (tidak dapat menahan nafsumu).(HR. Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dengan sanad Hasan)
Dari Al-Baraa’ RA, ia berkata, “Dahulu para shahabat Nabi Muhammad SAW, apabila seseorang berpuasa, dan datang waktu berbuka tetapi ia tidur belum berbuka, maka ia tidak makan di malam dan siang harinya sampai sore. Sesungguhnya Qais bin Shirmah Al-Anshari ia berpuasa. Ketika datang waktu berbuka, ia datang kepada istrinya, lalu berkata kepadanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?”. Istrinya menjawab, “Tidak, tetapi saya akan berangkat untuk mencarikan (makanan) untukmu”. Karena pada siang harinya ia bekerja, maka ia (lelah hingga) tertidur sampai istrnya datang. Ketika istrinya melihatnya (ia tertidur), lalu berkata, “Rugilah kamu!”. Kemudian ketika tengah hari ia pingsan, maka hal itu diceritakan kepada Nabi SAW, maka turunlah ayat ini Uhilla lakum lailatash shiyaamir rafatsu ilaa nisaa’kum (Dihalalkan bagimu pada malam hari berpuasa menggauli istrimu). Maka para shahabat sangat gembira karenanya, dan turunlah ayat Wa kuluu wasyrabuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadlu minal khaithil aswadi (Dan makan dan minumlah sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam). (HR. Bukhari 2:230)
Dari ‘Adiy bin Hatim RA, ia berkata : Ketika turun ayat Hattaa yatabayyana lakumul khaitul abyadlu minal khaithil aswadi minal fajri (Sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam dari fajar), ‘Adiy bin Hatim berkata kepada Rasulullah SAW, “ya, Rasulullah, sesungguhnya aku meletakkan dua simpul benang, yaitu benang putih dan benang hitam dibawah bantalku yang aku gunakan untuk mengetahui pergantian malam dengan siang. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kalau begitu bantalmu lebar sekali?. Sesungguhnya (yang dimaksud ayat tersebut) adalah hitamnya malam dan putihnya siang”. (HR. Muslim 2:766)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Nabi SAW mencium dan bercumbu padahal beliau berpuasa, dan beliau adalah orang yang paling bisa menguasai nafsunya diantara kamu sekalian”. (HR. Bukhari 2:233)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mencium diantara para istri beliau sedangkan beliau berpuasa. Kemudian istrinya tertawa”. (HR. Bukhari 2:233)
Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah istri Nabi SAW, keduanya berkata, “Sesungguhnya dahulu Rasulullah SAW pernah pada waktu shubuh di bulan Ramadlan masih dalam keadaan junub karena persetubuhan bukan karena mimpi, kemudian beliau tetap berpuasa”. (HR. Muslim 2:781)
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Apabila seseorang sedang berpuasa, lalu lupa sehingga makan dan minum, maka hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Hanyasanya Allah memberikan makan dan minum kepadanya”. (HR. Bukhari 2:234)
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasululah SAW apabila memasuki malam-malam sepuluh (akhir Ramadlan) beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh beribadah)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi SAW, tiba-tiba seorang laki-laki datang kepada beliau lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya binasa”. Beliau bertanya, “Ada apa engkau?”. Ia berkata, “Saya menyetubuhi istriku diwaktu aku puasa (Ramadlan)”. Kemudian Rasululah SAW bersabda, “Apakah kamu mempunyai budak yang bisa kamu merdekakan?”. Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu mampu untuk berpuasa dua bulan berturut-turut?”. Ia menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Apakah kamu dapat memberi makan enam puluh orang miskin?”. Ia berkata, “Tidak”. (Abu Hurairah) berkata: Lalu orang tersebut diam di sisi Nabi SAW. Ketika kami dalam keadaan demikian itu tiba-tiba dibawakan satu ‘araq kurma kepada Nabi SAW. Adapun ‘araq maksudnya adalah miktal (keranjang). Beliau bersabda, “Dimana orang yang bertanya tadi?”. Ia menjawab, “Saya”. Beliau bersabda, “Ambillah ini dan sedeqahkanlah”. Ia berkata kepada beliau, “Apakah kepada orang yang lebih faqir daripada saya, wahai Rasulullah? Demi Allah, diantara dua tepian kota Madinah (yang ia maksudkan dua tanah berbatu hitam), tidak ada keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku”. Maka Nabi SAW tertawa sehingga nampak gigi taring beliau. Kemudian beliau bersabda, “Berikan makan keluargamu dengan kurma itu”. (HR. Bukhari 2:235)
Dari Abu Hurairah, ia merafa’kannya (ia mengatakan dari Nabi SAW), “Barangsiapa berbuka satu hari pada bulan Ramdlan tanpa halangan dan bukan karena sakit, maka tidak bisa diganti dengan puasa selamanya, jika dia akan melakukannya”. (HR. Bukhari 2:235)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa berbuka sehari di bulan Ramadlan bukan karena keringanan (yang diberikan Allah padanya), maka tidak dapat diganti dengan puasa selamanya”. (HR. Ibnu Majah 1:535)
dikirim oleh ghazi
http://www.duadunia.net/hadist-sekitar-puasa-ramadhan
0 komentar:
Posting Komentar