JANGAN HENTIKAN LANGKAHMU SAUDARAKU...

Selasa, Juli 01, 2008

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah [94]: 5-6) Tidak ada perjalanan yang lurus dan mulus. Semua jalanan memiliki hambatan, rintangan, dan tantangan yang berbeda. Di samudera yang luas membentang ombak dan badai siap menghempaskan dan menenggelamkan. Di daratan kerikil-kerikil tajam, jalanan berlumpur dan berlubang, hingga tebing dan jurang yang curam tersedia untuk menghambat perjalanan. Hingga nan jauh tinggi di udara, awan hitam nan tebal, kabut, hujan dan petir juga dapat menghentikan perjalanan panjang kita. Namun demikian perjalanan ini tak boleh berhenti dan harus terus dilanjutkan, karena ini bukanlah akhir dari perjalanan. Beginilah kehidupan, kita terus berpacu melawan dan mengalahkan setiap rintangan yang datang menghadang. Tak ada kata untuk berhenti, sebab berhenti sama maknanya dengan menunggu dan menjemput kehancuran.


Kisah Syekh Az-Zamakhsyari dan Semut
Seorang Ulama’ ahli dari banyak cabang ilmu pengetahuan agama dalam sejarah Islam. Namun beliau lebih terkenal sebagai ulama’ ahli gramatika bahasa arab (nahwu). Menjadi seorang ulama’ yang menguasai ilmu bahasa merupakan prestasi dan keberhasilan yang luar biasa dalam menghadapi rintangan. Betapa tidak, sejak usia dini telah mempelajari ilmu nahwu, tetapi hingga dewasa beliau tak kunjung paham dengan ilmu yang dipelajarinya. Bayangkan selama bertahun-tahun belajar, untuk membedakan antara subyek (fa’il) dan obyek (maf’ulbih) saja tidak bisa. Sementara teman-temannya telah mapu mengajar untuk adik-adik kelasnya. Kenyataan ini nyaris membuat Az-Zamakhsyari putus asa. Ia merasa amat malu denagn usianya yang semakin tua tetapi tidak tahu apa-apa, apalagi dia harus duduk dan belajar dengan anak-anak yang jauh dibawah usianya. Dan akhirnya beliau memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat belajarnya. Ia telah berjalan cukup jauh, ia singgah di sebuah gubuk kosong. Ketika sedang beristirahat, ia melihat seekor semut merah kecil, yang menggigit dan menarik sisa buah kurma yang ukurannya sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuhnya untuk dimasukkan ke sebuah lubang di tanah. Berkali-kali ia melakukannya, namun selalu gagal, sisa kurma itu selalu jatuh ke tanah. Az-Zamakhsyari merasa terpaku dengan kelakuan semut yang memiliki keuletan yang luar biasa mengagumkan. Setelah berkali-kali gagal, akhirnya semut itu berhasil juga membawa sisa kurma tersebut masuk kedalam lubang. Saat itulah terbetik pemikiran dalam bnak Az-Zamakhsyari, ” Seandainya aku melakukan seperti yang semut itu lakukan, niscaya aku akan berhasil.” Setelah mengucapkannya, lalu ia memutuskan kembali belajar dan membatalkan niatnya untuk berhenti. Hasilnya Az-Zamakhsyari benar-benar berhasil meraih impian dan cita-citanya. Mimpi dan cita-cita, yang di dalamnya terukir tekad, semangat dan etos kerja, memang seringkali membuat orang tak mau menyerah. Behkan seekor semutpun menghayati semangat ini, apalagi kita manusia.



Hamparan Bumi Masih Terlalu Luas
Terkadang terpaan dan guncangan hidup membuat dunia seakan teramat sangat sempit. Langkah kaki begitu terbatas. Dalam pandangan kita hanya ada satu pintu, di dalam ruang pengap tanpa cahaya. Dalam masa seperti inilah hanya dengan keimanan kita dapat mencari pintu-pintu lain untuk keluar dari kegelapan. Karena sejatinya dalam setiap masalah tentu terdapat banyak pintu untuk keluar. Karena kesulitan dan kemudahan selalu berjalan berdampingan. Berhenti dalam sebuah kesusahan adalah jalan menanti kehancuran. Kita ddiciptakan bukan untuk menjadi manusia yang gagal. Karena itu kita harus terus melagkahkan kaki, menapaki setiap celah yang ada. Seperti air yang terus mengalir, mencari celah yang dapat dilewati, lalu diam menggenangi serta mengumpulkan kekuatan untuk merobohkan beton yang menghadang. Bumi ini masih terlalu luasuntuk menampung gerak kita, bumi masih terlalu luas untuk menampung beragam upaya dan cita-cita kita. Bagaimanapun, masih terlampau banyak yang masih kita miliki. Dan teramat sedikit yang telah hilang dari diri kita. Di bumi ini kita terjatuh, tetapi masih ada sisi bumi kita yang lain yang menyuguhkan banyak harapan. Lalu kenapa harus merasa sempit atas semua keluasan ini?
Melihat Ujian Dengan Iman
Apalah arti sebuah kehidupan tanpa adanya sebuah ujian. Ujian merupakan sebuah jalan menuju hidup yang lebih baik. Dengan adanya ujian seseorang akan ditempa menjadi sesosok makhluk yang kuat. Tiada seorangpun yang tiada pernah merasakan ujian. Seorang mahasiswa dalam menjalani masa studi,dihadapkan dengan berbagai macam ujian sampai ia memperoleh gelar yang ingin dicapainya. Petani diuji dengan adanya berbagai macam hama, kekurangan pasokan air, hingga harga hasil panen yang jauh dibawah standar. Demikian pula jika seseorang telah menyatakan beriman, maka untuk membuktikan keimanannya ujian akan terus menyertainya. Seperti dalam Firman Allah, yang artinya;”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (Q.S.Al-Ankabut[29]:2). Jika kita memandang sebuah masalah adalah sebuah ujian dari Allah, maka yakinlah bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Kita akan merasakan manisnya ketika kita mampu mencapai level yang lebih baik. Semakin tinggi pohon, maka semakin besar pula angin yang akan menerpanya. Dan bagaimana jadinya ketika Rsaulullah dan para sahabat terdahulu memilih berhenti ketika segala makian, siksaan, embargo ekonomi, pengusiran, hinaan hingga pembunuhan dari orang kafir? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal Islam. Tapi dengan Iman yang kokoh, beliau dan segenap sahabat tetap bertahan dan yakin bahwa ujian itu adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.
Bersyukur (Sabar, Ikhtiar dan Tawakkal)
Pada hakikatnya, guncangan dan ketenangan, kesusahan dan kemudahan, kegagalan dan kesuksesan, semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Karena disanalah sebenarnya tersimpan banyak hikmah Lewat dua keadaan yang berlawanan tersebut memberikan keseimbangan dalam hidup kita. Dan juga sudah barang tentu lewat keadaan tersebut memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih mengingat dan mendekatkan diri pada Allah, asalkan kita tidak memutuskan untuk berhenti. Itulah makna sabda Rasulullah SAW, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak diberikan kepada seorangpun kecuali orang mukmin.jika. Mendapat kesenangan ia bersyukurdan itu adalah baik baginya, dan jika ditimpa bencana maka ia selalu bersabar dan itu adalah baik baginya.” (Shahih Muslim”:5318) Kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan mengajak kita untuk bersyukur dan semakin giat dalam beramal dan berbagi sehingga Allah pun menambahkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Sedangkan ujian, cobaan dan kesusahan akan menciptakan kehati-hatian dan memberikan peringatan dini agar tidak larut dalam kemaksiatan. Saat kita sadar bahwa kita masih memiliki iman di dada kita, tentu kita akan senantiasa ingat kepada Allah Yang Maha Kuasa. Semua yang kita alami merupakan atas idzin dari-Nya. Dialah yang senantiasa memberikan semua yang terbaik bagi hambanya. Tak peduli apakah engkau kufur terlebih jika kita senantiasa bersyukur.  Allah lah yang memberikan ujian, tentu Allah jualah yang akan memberikan jalan keluar. Tak ada kesulitan yang tiada jalan keluar. Selagi Iman masih melekat pada jiwa suci kita, tentu kita akan tetap berlaku benar, menghadapi masalah dengan benar, dan senantiasa berjalan pada serta menuju kebenaran....
Jadi... kenapa harus berhenti melangkah
mengapa harus berhenti berusaha
mengapa harus kehilangan asa
mengapa jadi tak berdaya
mengapa tak berdo'a
Karena Allah Maha Bijaksana...
Maju terus...Wahai Saudaraku
ALLAHU AKBAR....!!!

0 komentar: