I used to think that I could not go on
And life was nothing but an awful song
But now I know the meaning of true love
I'm leaning on the everlasting arms
If I can see it, then I can do it
If I just believe it, there's nothing to it
I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see my running through that open door
See I was on the verge of breaking down
Some times silence can seem so loud
There are miracles in life I must achieve
But first I know it starts inside of me.
Oh I believe I can fly
Cause I believe in me
(R. Kelly – I believe I can Fly)
Jum'at, di akhir April, Hujan turun malam ini, beriringan, teratur membasahi gelap malam yang seharusnya purnama. Bahkan bintang pun tidur dengan pulasnya. Hanya angin yang menyertai hujan, menarikan tarian kesepian mereka. Kulihat dari sisi kaca jendela bis “Mira” yang membawaku dalam perjalanan ke Lawang, kota kecil yang kucinta. Kecamatan kecil yang mampu menjadi urat nadi bagi kehidupan ribuan orang di sini. Kota yang menyimpan eksotisme tersembunyi. Kota dimana pertama kali aku belajar hidup.
Tahun ke tiga di Jogja; kota wisata, kota gudeg, kota koskosan, kota budaya dan pendidikan. Meniti jalanan masa depan yang penuh debu, kelokan, dan ribuan kerikil dan batu-batu besar. Selangkah demi selangkah. Setapak demi setapak. Banyak air mata yang mengiringi langkah kecilku. Literan keringat yang mengucuri rajutan perjalanan ini. Banyak luka yang harus dibalut dengan senyuman, entah ini kemunafikan atau ketegaran. Entahlah, tak ada kepedulian, hanya berjalan, dan akan terus berjalan.
Dulu, saat pertama kali datang, di pertengahan tahun 2007, hanya ada seorang anak ingusan, yang belum tahu banyak tentang jalan-jalan kehidupan, tak tahu arah mana yang harus disusuri, tak tahu untuk berapa lama bisa bertahan di tanah sultan ini, tak tahu bagaimana cara menjalani hari-hari, bahkan tak tahu, apakah sanggup menjalani semuanya. Hanya satu hal yang membuatku memiliki kekuatan, saat keberangkatan, kulihat tatapan mata sepasang orang tua, bapak ibu, tatapan penuh do’a restu, hanya ada keinginan untuk tahu apa yang mereka impikan. Karena itulah, kekuatan besar tertanam untuk bertahan, untuk mewujudkan impian mereka.
Hitungan hari-hari awal, hanya bisa mencoba menemukan puluhan ribu rumus kehidupan, upaya kecil untuk menemukan takdir yang Allah telah tuliskan. Mengais rezeki di tengah-tengah jadwal adaptasi di bangku kuliah. Awal-awal dimana diri berada di bawah naungan “Kubah Kuning”, meski pada akhirnya berakhir tak begitu baik, dengan cara yang paling tak kusuka, aku pergi setelah dua tahun belajr banyak di sana. Belajar semangat dalam luka, senyuman dalam kepedihan, tangisan dalam bahagia, kebohongan dalam kebaikan.
Ternyata, takdir itu tak sederhana yang dikatakan orang. Aku tahu akan hal itu, yah setelah tiga tahun di bangku kuliah dan sepanjang hidup yang telah dijalani ini. Tapi berapa usiaku? Aku bahkan tak pernah peduli dengan usiaku, yang kutahu aku telah cukup tua di dunia, dua puluh satu tahun lima bulan, sudah cukup menandakan aku masih harus banyak belajar, dua puluh satu tahun juga aku belum bisa membanggakan dan membagiakan bapak dan ibu. Ironi.
Tipe orang yang tak mudah berkata menyesal, tapi, kini untuk pertama kalinya aku ingin katakan “Aku menyesal”. Menyesal karena banyak menyia-nyiakan hidup. Menyesal karena belum mampu mewujudkan impian orang tua. Menyesal karena belum cukup mampu menjadi orang yang baik. Menyesal karena masih menjadi pribadi yang tak cukup baik bagi agama. Menyesal karena belajar agama tapi belum memahami secara kaffah, mengamalkan dengan baik, dan mengajarkannya dengan ikhlas serta menjadikannya rahmatan lil ‘alamin.
Penyesalan saja tak cukup. Penyesalan terbaik adalah perubahan. Perubahan terbaik adalah menjadi lebih baik. Menjadi pribadi yang lebih baik yang paling baik adalah yang semakin mendekatkan diri pada Allah. Pendekatan yang terbaik adalah yang didasari keikhlasan. Ya Allah tunjukkan yang baik itu baik, dan berilah kekuatan untuk melaksanakannya, dan tunjukkanlah yang buruk itu buruk, dan berilah kekuatan untuk menjauhinya.
Seringkali merasa diriku begitu lemah tak berdaya. Sering kali masih menyulitkan dan membebani orang lain. Sering kali tak terima dengan hidup yang Allah berikan. Sering kali melupakan nikmat dan hidayah Allah. Sering kali mengeluh dalam menjalani hidup. Sering kali masih bimbang dengan hidup yang kupilih. Bahkan, beberapa kali merasa hampir putus asa, dengan masalah yang sebenarnya teramat sangat kecil, yang tentu saja sebenarnya telah Allah sesuaikan dengan kemampuan. Aku begitu kerdil.
Pernah ingin menjalaninya seperti orang lain menjalani hidupnya, seperti teman-teman yang lain. Bisa kuliah dengan tenang, tanpa memikirkan masalah pembayaran. Kuliah dan bisa mengikuti berbagai seminar, organisasi, dan berbagai kegiatan dengan tenang, saat aku memikirkan hal ini, aku hanya bisa tersenyum dan menertawakan diriku sendiri. Kadang banyak hal yang menggelikan yang terjadi pada diri kita sendiri, tanpa pernah kita sadari. Ikut kursus dan pelatihan dari lembaga-lembaga yang memang berkompeten dan berkualitas. Aku sadar aku belum bisa. Itu nyata, harus disadari dan dijalani. The Life is reality.
Bukankah Allah telah memberikan ku kesempatan dengan orang-orang yang luar biasa. Mengikuti seminar di lorang-lorong pasar dengan para pedagang daging, Pak Man, Pak Abdul, Pak Rosyidin dan masih banyak yang lainnya. Dengan penjaga parkir, Pak Sanaji dan kawan-kawan, dengan para security, bos sayur dan buah, Haji Bambang. Dan semua orang-orang luar biasa yang berjuang dengan keikhlasan dan kesederhanaan. Diskusi mulai dari politik, keamanan, olah raga, agama, budaya, ekonomi, isu-isu internasional maupupun berita-berita gosip para artis. Itu sudah cukup untuk memberiku pelajaran berharga pada hidup.
Tiga tahun itu cukup lama jika dihitung dengan kalkulator, tapi kini hanya terasa hanya seperti tiga hari saja. Sejauh ini aku sudah membuktikan, bahwa orang desa, dari tempat yang tak banyak dikenal, dari latar pendidikan yang masih jauh dari lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah favorit, dengan modal sekedarnya, dapat memperjuangkan takdirnya sendiri. Tapi itu belum cukup, orang-orang dikampung menanti, sangat mengharapkan anak rantau ini mampu membaw perubahan, menjadikan keluarga, teman-teman dan tetangga mampu menjadi lebih berdaya. Tidak tertindas oleh kemelaratan dan kebodohan.
Aku sendiri tak tahu pasti darimana keberanian dan kekuatan ini. Yang kutahu, seperti yang dikatakan oleh Pak Mario Teguh, Bagaimana cara terbaik untuk mewujudkan impian kita? tak ada kata lain selain kita harus bangun dari tidur. Karena keberhasilan itu tak ada dalam dunia mimpi. Kemudian melakukan satu langkah awal, niat yang kuat. Karena kita tak akan bisa melangkah seratus langkah, jika kita tak pernah melakukan langkah pertama. I believe I can Fly.
Inspirasi terbesar datang dari tatapan ibu bapak, yang mereka tahu tak bisa berbuat banyak dan memberikan semua hal yang terbaik. Ibu bapak yang meskipun tak pernah berkata sayang padaku, aku tahu mereka adalah orang yang paling menyayangiku. Lewat semua doa dan tangisan mereka, lewat semua nasehat dan amarah mereka, lewat tiap keping uang yang mereka berikan, lewat semua usaha keras dan tak mengenal lelah mereka. Mereka, yang meski kutahu serba dalam keterbatasan, selalu ingin memberikan yang terbaik padaku; anak mereka yang paling nakal dan begitu susah diatur. Aku ingin tahu impian dalam tatapan mereka. Dan aku berjanji, jika Alla mengijinkan, akan kuwujudkan semua impian mereka.
Dari merekalah aku tahu, bahwa begitu besarnya kasih sayang semua orang tua di dunia. Dari merekalah aku belajar memahami, bahwa merka hanya salah satu dari sekian puluh juta orang tua di Indonesia dan ratusan juta di dunia, yang ingin memberikan semua yang terbaik bagi anak-anak mereka, tapi mereka tidak mampu. Terkurung dalam jeruji keterbatasan, tetapi masih mampu memberikan yang terbaik. Ibu, bapak, I Love You All...
Inspirasiku berasal dari Orang tua keduaku, Bapak Ibu Guru, Ustadz dan Pak Yai, Serta Para Dosen yang senantiasa mengisi kekosongan ilmu pengetahuanku. Mengasah pemikiranku. Mengajariku pentingnya Ilmu pengetahuan. Lewat petuah-etuah dan nasehat. Lewat keteladanan. Lewat Kebijaksanaan. Melalui transfer pengetahuan. Mengajariku bukan untuk hidup di masa sekarang, tapi membuatku percaya bahwa aku berhak punya masa depan, masa depan yang jauh lebih baik. Terimakasih...
Inspirasiku juga datang dari sahabat-sahabat yang menganggap bahwa diriku ini adalah sosok yang kuat dan cukup berhasil, juga adik-adikku yang menjadikan aku panutan. Padahal aku begitu lemah dan tak cukup pantas untuk menjadi acuan. Mereka semua yang untuk sementara tak dapat mewujudkan impiannya melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Orang-orang yang memiliki impian dan harapan yang besar untuk mendapatkan pendidikan terbaik. Aku tak ingin mematikan semangat mereka yang mulai tumbuh. Aku tak bisa lupakan, saat katakan mereka ingin masuk ke bangku kuliah, saat mereka katakan kekagumannya padaku. Aku tak ingin mereka mtikan lagi Jika aku gagal dan mundur, maka bagaimana dengan mereka? Padahal aku tahu mereka jauh lebih tangguh dan pintar dariku, tapi mereka tak mendapatkan kesempatan. Seperti jutaan anak Indonesia yang juga tak memiliki kesempatan. All my lovely friends and brothers, I believe We Can Fly. Let’s Do Our Best. Don’t be afraid.
Inspirasiku datang dari teman-teman seperjuangan. Orang-orang luar biasa yang kutemui, yang juga memiliki tujuan yang luar biasa. Orang-orang yang tentu saja sangat berarti dalam hidup ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan berbagai macam latar belakang. Dengan berbagai macam kisah perjuangannya masing-masing. Dengan berbagai macam pemikirannya. Dengan berbagai pengalaman masing-masing.
Seorang Abang, sahabat, dan guru sekaligus. Dengan perjuangan luar bisanya yang mampu memompa semngatku yang pernah hancur dan jatuh ke titik nadir. Melihat perjuangan dalam beban yang begitu besar, engkau mampu bertahan. Beban dan masalahku sendiri tak sebesar itu, tapi aku masih sempat mengeluh. Terimakasih, aku telah belajar tentang kekuatan dan karakter membangun pribadiku sendiri.
Aku juga tak bisa membayangkan, bagaimana jika seandainya tak ada pertemuan dengan orang-orang luar biasa ini. Baik yang baik, maupun yang kurang baik. Untuk mereka, rekan-rekan luar biasa, teruskan perjuangan hidup kalian...Ataupun Teman, Adik dan Saudaraku yang selalu berjuang demi cita-citanya, dan juga hidupnya yang selalu terkait dengan cinta. Cita dan Cinta. Semoga tercapai Apa yang kau Impikan. Engkau juga mengajariku banyak hal. Buat bangga Orang Tuamu... dan Daerahmu...
Inspirasi terakhirku, datang dari bidadari yang pernah membuatku begitu bersinar, begitu kuat, bangkit dari keterpurukan. Sosok yang juga sangat berarti bagi membangun sendi-sendi kehidupanku, dengan asa, cita, dan tentu saja pelita cinta. aku sadar aku bukan segalanya bagimu, dan mungkin tak pernah berarti. Setitik kebersamaan kita yang tak menentu, tentu saja tak kan pernah cukup untuk merentangkan cinta di dadamu. Aku sangat senang dengan pilihanmu, walau ada rasa sakit menghujam di hati, itu yang kuperlukan. Karena, kuyakin pilihanmu adalah yang terbaik, semoga kau bahagia. Maka terbanglah. Raih kebahagianmu dengan caramu sendiri, cara yang kau suka. Aku mencintaimu, meski aku tahu, mencintaimu itu bukan perkara yang mudah. I love U but I know it’s not so Easy. Aku belajar banyak darimu.
Munculah kesadaran, menjalani hidup itu hanya Lillahi Ta’ala. Tak mau berhenti berusaha karena tak seorangpun tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Semakin tak pasti masa depan, maka semakin harus pastikan diri ini benar-benar berkualitas. Keadaan yang tidak pasti berpihak pada orang yang berani. Miliki Niat Baik, lakukan yang terbaik, semaksimal dan seoptimal mungkin, dan biarkan Allah yang Menentukan Setelahnya. Dan Selalu yakin, bahwa Allah selalu menganugerahi makhlukNYA dengan hal yang dibutuhkan mereka dengan berlimpahnya hikmah dan karunia.
Aku mohon kekuatan, dan Allah memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuat diriku lebih kuat. Aku mohon kebijakan, dan Allah memberikanku persoalan untuk diselesaikan. Aku mohon kemakmuran, dan Allah menganugerahkan kepadaku otak dan tenaga untuk bekerja. Aku mohon keteguhan hati, dan Allah memberiku bahaya untuk diatasi. Aku mohon cinta, dan Allah menghadirkan kepadaku orang-orang bermasalah untuk ditolong. Aku mohon ketulusan cinta, dan Allah memberikanku hati untuk merasakannya. Aku mohon kemurahan/kebaikan hati, dan Allah memberiku kesempatan-kesempatan.Aku tak memperoleh apa yang kuinginkan, tetapi Allah berikan segala yang aku butuhkan.
I found myself today,Oh, I found myself and ran away. Something pulled me back, a Voice of reason I forgot I had. All I know is you're not here to say,What you always used to say. And it's written in the sky tonight
So I won't give up. No, I wont break down. Sooner than it seems life turns around. And I will be strong Even if it all goes wrong When I'm standing in the dark I'll still believe, I can do it.
I've seen that bright light And it's shining on my destiny. Shining all the time. And I won't be afraid to follow everywhere it's taking me. All I know is yesterday is gone And right now I belong, To this moment, To my dreams. For My Bright Destiny....
Thank You Allah
Van Tovich's Secret... Malang-Jogja, 29 April to 2 Mei
Why You Must Use Screenwriting Methods To Put In Writing Your College Essay
-
Customer testimonials can tell you a large number a few writing company.
Your location can also impression which service you go along with. Prices
start fr...
2 tahun yang lalu